April 13, 2020

thumbnail

PROSEDUR KAS DAN SETARA KAS PROSEDUR AUDIT KAS, PIUTANG, ASET TETAP, PEMERIKSAAN BANK

PROSEDUR KAS DAN SETARA KAS
PROSEDUR AUDIT KAS
1. Siapkan skedul utama dari kas dan setara kas
2. Lakukan perhitungan kas (cash count) secara mendadak dan serentak untuk semua jenis kas yang ada di perusahaan serta dibuatkan berita acara pemeriksaan.
3. Yakinkan bahwa buku kas telah ditutup per tanggal pemeriksaan dan semua bukti pengeluaran dan penerimaan telah dibukukan.
4. Bandingkan saldo kas menurut perhitungan kas dengan saldo buku kas.
5. Apabila perhitungan kas dilakukan sesudah tanggal neraca, lakukan prosedur penarikan mundur (trace back) ke tanggal neraca dan bila dilakukan sebelum tanggal neraca lakukan penarikan maju (trace forward) ke tanggal neraca.
6. Bandingkan saldo buku besar dengan saldo perhitungan kas setelah prosedur penarikan per tanggal neraca.
7. Periksa penjumlahan (footing/cross footing) lembaran-lembaran buku kas, perhatikan pemindahan saldo pada lembaran tersebut ke lembaran berikutnya.
8. Jika kas kecil menggunakan sistem dana tetap (Imprest fund), teliti apakah sudah ada petanggungjawaban dari dana tetap sebelum diadakan pengisian kembali.
9. Pastikan bila ada kas yang dalam mata uang asing telah dikonversikan ke dalam kurs yang benar per tanggal neraca.
10. Buat daftar koreksi yang diperlukan
11. Buat kesimpulan dan komentar hasil pemeriksaan kas yang perlu diketahui oleh para partner serta saran perbaikan kepada pihak manajemen yang juga merupakan salah satu penilaian terhadap mutu audit.
PROSEDUR AUDIT BANK
1. Lakukan prosedur konfirmasi untuk semua akun bank, baik yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif.
2. Minta dari klien hasil rekonsiliasi bank dan periksa kebenaran rekonsiliasi tersebut (meliputi pencocokan saldo R/K dengan saldo buku besar bank, pemeriksaan cek/giro yang masih beredar (outstanding check) dan setoran dalam perjalanan (deposit in transit) ).
3. Yakinkan bahwa saldo bank dalam mata uang asing telah dikonversikan ke dalam kurs yang benar per tanggal neraca.
4. Yakinkan bahwa setiap pembukuan dan penutupan rekening bank mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang. Mintalan informasi mengapa perlu dibuka rekening baru maupun alas an dari penutupan rekening.
5. Yakinkan bahwa tidak ada lapping/window dressing dengan memeriksa bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran akhir tanggal neraca.
6. Untuk rekening yang sudah tidak aktif, mintalah penjelasan dari klien dan sarankan untuk ditutup saja
7. Yakinkan bahwa semua rekening di bank atas nama perusahaan, bukan perorangan.
8. Perhatikan apakah ada kelebihan saldo di bank yang tidak digunakan dalam waktu singkat dan sarankan untuk didepositokan untuk mendapat tingkat bunga yang lebih tinggi.
9. Periksa pendebitan dan pengkeditan yang ada dalam jurnal dan dibukukan kedalam buku besar.
10. Catat hal-hal yang perlu diberikan saran kepada manajemen dalam surat manajemen (Management Letter).
11. Buat kesimpulan dan komentar hasil pemeriksaan bank yang perlu diketahui oleh partner.
PROSEDUR AUDIT INVESTASI JANGKA PENDEK
1. Siapkan skedul utama investasi jangka pendek
2. Lakukan konfirmasi atas investasi yang dipegang oleh pihak lain, apabila digunakan sebagai jaminan oleh pihak bank atau dikuasai oleh pihak broker/pialang.
3. Mintalah catatan kurs harga pasar pada tanggal neraca untuk saham dan bandingkan dengan harga belinya.
4. Periksa transaksi mutasi penambahan dan pengurangan dengan melihat bukti pembelian dan penjualan serta apakah telah mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang.
5. Lakukan verifikasi atas dividen tunai/saham dan penerimaan bunga deposito.
6. Lakukan pengecekan pencatatan investasi apakah sudah sesuai dengan ketentuan standar akuntansi berlaku umum.
7. Perhatikan klasifikasi dari setara kas bahwa investasi tersebut segera akan jatuh tempo dalam tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya termasuk sebagai kelompok kas dan setara kas dan tidak digunakan sebagai jaminan ( jika lebih dari tiga bulan termasuk investasi jangka pendek ).


PROSEDUR AUDIT PIUTANG
            Sukrisno Agoes (2004:176) menyarankan prosedur audit piutang usaha sebagai berikut:
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan.
2. Buat Top Schedule dan Supporting Schedule piutang pertanggal neraca.
3. Minta aging shedule dari piutang usaha pertanggal neraca yang antara lain menunjukkan nama pelanggan (customer), saldo piutang, umur piutang dan kalau bisa subsequent collections-nya.
4. Periksa mathematical accuracy-nya dan check individual balance ke subledger lalu totalnya ke general ledger.
5. Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan sales invoice.
6. Kirimkan konfirmasi piutang:
1)      Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirim surat konfirmasi.
2)      Tentukan apakah akan digunakan konfirmasi positif atau konfirmasi negatif.
3)      Cantumkan nomor konfirmasi baik di schedule piutang maupun di surat  konfirmasi.
4)      Jawaban konfirmasi yang berbeda harus diberitahukan kepada klien untuk dicari perbedaannya.
5)      Buat ikhtisar (summary) dari hasil konfirmasi
7. Periksa subsequent collections dengan memeriksa buku kas dan bukti penerimaan kas untuk periode sesudah tanggal neraca sampai mendekati tanggal penyelesaian pemeriksaan lapangan (audit field work). Perhatikan bahwa yang dicatat sebagai subsequent collections hanyalah yang berhubungan dengan penjualan dari periode yang sedang diperiksa.
8. Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan untuk mengetahui kemungkinan adanya contingent liability.
9. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang disediakan oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan terlalu kecil.
10. Test sales cut-of dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan lain-lain, lebih kurang 2 (dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca. Periksa apakah barang-barang yang dijual melalui invoice sebelum tanggal neraca, sudah dikirim per tanggal neraca. Kalau belum cari tahu alasannya. Periksa apakah ada faktur penjualan dari tahun yang diperiksa, yang dibatalkan dalam periode berikutnya.
11. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank, dan correspondence file untuk mengetahi apakah ada piutang yang dijadikan sebagai jaminan.
12. Periksa apakah penyajian piutang di neraca dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK
13. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa.



PROSEDUR AUDIT ASET TETAP
1. Pelajari dan evaluasi internal control aset tetap. Beberapa ciri internal control yang efektif untuk aset tetap:
Setiap penambahan dan penarikan aset tetap harus diotorisasi oleh pejabat yang berwenang
Setiap penambahan aset tetap harus disesuaikan dengan anggaran.
Adanya kebijakan yang jelas dan tertulis tentang capitalization dandepreciation policy.
Perusahaan mempunyai sub buku besar aset tetap yang mencantumkan data-data aset tetap, diantaranya: tanggal pembelian aset tetap, nama supplier, harga perolehan, metode penyusutan, jumlah penyusutan, akumulasi penyusutan dan nilai buku aset tetap
Dilakukannya inventarisasi/pemeriksaan yang rutin terhadap aset tetap, untuk mengetahui keberadaan dan kondisi dari aset tetap tersebut.
Bukti-bukti kepemilikan aset tetap disimpan ditempat yang aman.
Aset tetap diasuransikan oleh perusahaan dengan jumlah/nilai pertanggungan (insurance coverage) yang wajar.
2. Minta kepada klien Top schedule dan Supporting schedule aset tetap, sehingga dapat dilihat berapa saldo awalnya, berapa penambahan/pengurangannya dan berapa saldo akhir dari aset tetap tersebut.
3. Periksa footing dan cross footing serta cocokkan totalnya dengan general ledger atau sub ledger, saldo awal dengan working paper tahun lalu.
4. Apakah setiap penambahan dan pengurangan dari aset tetap dilengkapi dengan supporting document, termasuk otorisasinya.
Contoh Pencatatan terhadap pengurangan aset tetap :
Mesin pabrik dengan cost Rp 200.000.000,- dan jumlah akumulasi penyusutan terakhir Rp 175.000.000,- dijual dengan harga Rp 35.000.000,-
Pencatatan seharusnya adalah:
[D] Kas                                            Rp   35.000.000
[D] Akumulasi Peny. Mesin               Rp 175.000.000
          [K] Mesin                                                                 Rp 200.000.000
          [K] Laba Penjualan Aset Tetap                                    Rp  10.000.000
5. Lakukan pemeriksaan fisik terhadap aset tetap tersebut untuk melihat kondisinya apakah masih layak dan penilaiannya wajar.
6. Periksa bukti kepemilikan aset tetap.
Contoh :
- Tanah - Sertifikat tanah
- Gedung - Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Surat Izin Penempatan Bangunan (SIPB)
- Kendaraan bermotor - BPKB dan STNK
7. Periksa apakah capitalization policy sudah benar dan depreciation policydijalankan secara konsisten dengan tahun sebelumnya.
8. Analisis tentang perkiraan Repair and Maintenance, sehingga dapat diketahui apakah ada pengeluaran yang seharusnya masuk capital expenditure, dicatat sebagai revenue expenditure.
9. Periksa apakah aset tetap sudah diasuransikan dengan nilai pertanggungan yang cukup.
10. Periksa notulen rapat, perjanjian kredit, konfirmasi bank, untuk mengetahui apakah ada aset tetap yang dijadikan sebagai jaminan.
11. Periksa apakah ada komitmen-komitmen yang dibuat perusahaan untuk membeli/menjual aset tetap.
12. Jika ada contsruction in process, periksa ketepatan nilai pertambahan yang ditransfer ke aset tetap.
13. Jika ada aset tetap yang diperoleh melalui leasing, periksa lease agreement-nya dan apakah pencatatannya sudah sesuai dengan SAK.
14. Periksa apakah penyajiannya sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, misal: ketentuan penyajian baik di neraca, laba-rugi maupun catatan atas laporan keuangan.

PROSEDUR PEMERIKSAAN BEBAN
1. Meminta buku besar (atau buku pembantu/rincian) masing-masing jenis beban, kemudian cocokkan dengan saldo biaya untuk laporan laba-rugi
2. Meminta SK Direksi yang mengatur jenis beban (misalnya yang mengatur biaya gaji, honor, jasa, produksi)
3. Periksa apakah beban yang dikeluarkan telah sesuai dengan ketentuan
4. Periksa apakah ada pengeluaran/pembebanan beban telah mendapat persetujuan dari pejabat yang yang berwenang
5. Periksa apakah ada pengeluaran beban yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan operasional perusahaan, kalau ada tanyakan dan ungkap.
6. Periksa apakah struktur gaji sesuai dengan jabatan (misalnya apakah gaji direksi lebih kecil dari komisaris/kabag)
7. Periksa apakah semua pengeluaran beban telah didukung oleh bukti-bukti yng akurat dan sah
8. Menentukan ketetapan sistem pengendalian intern atas beban.
9. Menentukan kebenaran jumlah beban.
10. Menentukan bahwa beban telah dicatat dengan tepat.
11. Menentukan bahwa beban telah diklasifikasikan dengan tepat.
Prinsip beban diverifikasi pada saat menerima buku-buku harian. Prosedur pemeriksaan apa yang harus dilakukan akan tergantung pada sistem pengendalian intern, praktek-praktek perusahaan dan klasifikasi beban yang tepat. Pemeriksa harus mempelajari prosedur pembukuannya, luas tidaknya pemeriksaan perkiraan beban akan tergantung kepada efektivitas pemeriksaan intern dan pengendalian melalui anggaran biaya overhead pabrik.



Subscribe by Email

Follow Updates Articles from This Blog via Email

No Comments

Popular Posts

Blog Archive

About me

Berusaha untuk mencapai keinginan, berpandangan luas untuk menggapai cita-cita "Man Jadda wa jada"

Read More

Followers

Total Pageviews