October 31, 2019

thumbnail

PENGERTIAN INTERNAL AUDIT ( TUGAS PPT UNIVERSITAS MATARAM)

    PENGERTIAN Internal audit (pemeriksaan intern) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuanketentuan dari ikatan profesi yang berlaku. Menurut institute of internal auditor yang dikutip oleh Pickett 2010 Audit internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan-kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas dari manajemen resiko, pengendalian, dan proses tata kelola   Perbedaan Internal & Eksternal Audit No Internal Audit External Audit 1 Dilakukan oleh internal auditor Dilakukan oleh external auditor 2 Tidak independen (inappearance) independen 3 Tujuan pemeriksaannya adalah untuk membantu manajemen (top management, middle management, dan lower management) Tujuan pemeriksaannya dalah untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen perusahaan. 4 Laopran internal auditor tidak berisi opini Laporan external auditor berisi opini ern beserta saran-saran perbaikannya. 5 Pelaksanaan pemeriksaan berpedoman pada internal auditing standards yang ditentukan oleh institute of internal auditors Pelaksanaan pemeriksaan berpedoman pada standar Profesional Akuntan Publik yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia. 6 Pemeriksaan intern dilakukan lebih rinci dan memakan waktu sepanjang tahun, Pemeriksaan eksternal dilakukan secara sampling, karena waktu yang terbatas 7 Pimpinan ( penanggung jawab) pemeriksaan intern tidak harus seorang registered accountant. Seorang akuntan public yang terdaftar dan mempunyai nomor register ( registered public accountant). 8 External auditor mendapat audit fee atas jasa yang diberikannya. 9 Sebelum menyerahkan laporannya, internal auditor tidak perlu meminta “Surat Penyertaan Langganan”. Sebelum menyerahkan laporannya, external auditor terlebih dahulu harus meminta “Surat Pernyataan Langganan” 10 Internal auditor tertarik pada kesalahankesalahan yang material maupun tidak material. External auditor hanya tertarik pada kesalahan-kesalahan yang material, yang bisa mempengaruhi kewajaran laporan keuangan. Bagaimana Memiliki Internal Audit Department yang efektif 1. Internal Audit Department Harus Mempunyai Kedudukan yang Independen dalam Organisasi Perusahaan. 2. IAD harus mempunyai Job Description 3. IAD harus mempunyai Internal Audit Manual (IAM) 4. Harus ada dukungan yang kuat dari Top Management kepada IAD Lanjutan 5. IAD harus memiliki orang-orang yang Professional, Kapabel, Bisa Bersikap Objectif, dan mempunyai Integritas serta Loyalitas yang tinggi. 6. Internal auditor harus bisa bekerja sama dengan akuntan publik. 7. IAD harus memiliki internal audit charter Pengertian Error, Collusion, dan Fraud a. Error Internal error adalah kesalahan yang disengaja dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri dalam bentuk window dressing (merekayasa laporan keuangan supaya terlihat lebih baik agar lebih mudah mendapat kredit dari bank) dan check kiting (saldo rekening bank ditampilkan lebih besar sehigga current ratio terlihat lebih baik). Unintentional error adalah kesalahan yang terjadi secara tidak disengaja (kesalahan manusiawi), misalnya salah menjumlah, penerapan standar akuntansi yang salah karena ketidaktahuan.         Pengembangan Rekomendasi dari Temuan-Temuan Ada beberapa prinsip yang harus diikuti agar bisa diperoleh recommendation yang efektif, yaitu: • Rekomendasi harus komprehensif • Rekomendasi harus spesifik • Rekomendasi harus disusun dengan baik • Rekomendasi harus mudah dijalankan • Rekomendasi harus beralasan    
thumbnail

LATIHAN SOAL AUDIT UNIVERSITAS MATARAM

LATIHAN SOAL AUDIT II
1. Pada tanggal 20 Agustus 2018, Perusahaan menjual paten A sebesar Rp45.000.000. Paten diperoleh pada 1 Mei 2015 sebesar Rp75.000.000 dengan tarif penyusutan 10%. Pada saat penghapusan, dicatat sebagai berikut:
Kas 45.000.000 Paten A 45.000.000
2. Pada tanggal 1 Maret 2018, perusahaan membeli persediaan barang secara kredit dari Amerika sebesar $1.500 yang dibayar pada tanggal 1 Juni 2018. Kurs pada tanggal 1 Maret 2018 dan 1 Juni 2018 masing-masing sebesar Rp10.000 dan Rp12.000. pada saat pembayaran dicatat sebagai berikut:
Utang dagang ($) 15.000.000 Kas ($) 15.000.000
3. Pada 1 September 2018 perusahaan menerima pinjaman dari bank sebesar Rp12.000.000.000. jangka waktu pinjaman selama 4 tahun dengan bunga 12% per tahun, mulai dicicil 1 Oktober 2018. Perusahaan mencatat transaksinya sebagai berikut:
Kas 12.000.000.000 Utang bank 12.000.000.000
4. Perusahaan membebankan biaya listrik, air dan telp untuk bulan desember berdasarkan pemakaian bulan November masing-masing sebesar Rp10.000.000, Rp2.000.000 dan Rp3.000.000 yang akan dibayar pada awal tahun depan. Adapun besarnya beban LAT sesungguhnya berdasarkan tagihan yng diterima di tanggal 5 Januari adalah Rp11.000.000, Rp1.500.000 dan Rp3.300.000. jurnal pada saat pembebanan di 31 Desember sebagai berikut:
Beban listrik 10.000.000 Beban air 2.000.000 Beban telepon 3.000.000 Utang LAT 15.000.000
5. Sama dengan kasus no. 4 dengan asumsi koreksi dilakukan setelah tutup buku (laporan keuangan sudah tersusun)
6. Pada tanggal 28 Desember 2018, perusahaan membeli barang dagang secara kredit sebesar Rp10.000.000. barang langsung dikirim pada tanggal tersebut dan perushaan menggunakan metode destination. Barang diterima pada tanggal 2 Januari 2019. Jurnal pada tanggal 28 Desember sebagai berikut:
Barang dalam perjalanan 10.000.000 Utang usaha 10.000.000 Sedangkan pencatatan pada tanggal 2 Januari 2019 sebagai berikut:
Persediaan 10.000.000 Utang usaha 10.000.000

Jawaban :

SOAL 1 Harga perolehan paten A 75.000.000 tarif penyusutan 0,10 Umur Ekonomis 10 tahun beban penyusutan per tahun 7.500.000 7.500.000 beban penyusutan per bulan 625.000 625.000 penyusutan tahun 2015 5.000.000 penyusutan tahun 2016 7.500.000 penyusutan tahun 2017 7.500.000 penyusutan tahun 2018 5.000.000 Akumulasi penyusutan 25.000.000 nilai buku paten A 50.000.000 harga jual paten A 45.000.000 kerugian penjualan paten 5.000.000 jurnal tercatat kas 45.000.000 paten A 45.000.000 jurnal seharusnya kas 45.000.000 akumulasi penyusutan paten A 25.000.000 kerugian penjualan paten A 5.000.000 Paten A 75.000.000 jurnal koreksi akumulasi penyusutan paten A 25.000.000 kerugian penjualan paten A 5.000.000 Paten A 30.000.000 SOAL 2 jurnal pada saat pembelian persediaan 15.000.000 utang dagang ($) 15.000.000 *1.500 x 10.000 jurnal penyesuaian pada saat pembayaran kerugian transaksi mata uang asing 3.000.000 utang dagang ($) 3.000.000 utang per 1 maret 2018 *1.500 x 10.000 15.000.000 utang per 1 juni 2018 *1.500 x 12.000 18.000.000 peningkatan utang = kerugian transaksi MUA 3.000.000 jurnal pada saat pembayaran utang dagang ($) 18.000.000 kas ($) 18.000.000 jurnal koreksi utang dagang ($) 3.000.000 kas ($) 3.000.000 SOAL 3 jurnal pada saat menerima utang seharusnya jumlah utang 12.000.000.000 lama utang 4 jumlah utang jatuh tempo dlm 1 tahun 3.000.000.000 jumlah utang jatuh tempo dlm 1 bulan 250.000.000 jumlah utang jatuh tempo dlm tahun 2018 750.000.000 JURNAL SEHARUSNYA kas 12.000.000.000 utang bank 11.250.000.000 utang bank yang jatuh tempo 750.000.000 jurnal tercatat kas 12.000.000.000 utang bank 12.000.000.000 jurnal koreksi untuk transaksi 1 September utang bank 750.000.000 utang bank yang jatuh tempo 750.000.000 jurnal pembayaran setiap bulan utang bank yang jatuh tempo 250.000.000 biaya bunga 2.500.000 kas 252.500.000 jurnal penyesuaian untuk transaksi 31 Desember utang bank 3.000.000.000 utang bank yang jatuh tempo 3.000.000.000 SOAL 4 jurnal pembebanan awal beban listrik 10.000.000 beban air 2.000.000 beban telp 3.000.000 utang LAT 15.000.000 jurnal seharusnya berdasarkan tagihan pada tanggal 5 beban listrik 11.000.000 beban air 1.500.000 beban telp 3.300.000 utang LAT 15.800.000 jurnal koreksi sebelum tutup buku beban listrik 1.000.000 beban telp 300.000 beban air 500.000 utang LAT 800.000 SOAL 5 jurnal koreksi setelah tutup buku laba ditahan 800.000 utang LAT 800.000 SOAL 6 jurnal 28 Desember tercatat barang dalam perjalanan 10.000.000 utang usaha 10.000.000 jurnal tanggal 2 Januari tercatat persediaan 10.000.000 utang usaha 10.000.000 jurnal seharusnya 2 Januari persediaan 10.000.000 barang dalam perjalanan 10.000.000 jurnal koreksi utang usaha 10.000.000 barang dalam perjalanan 10.000.000   

October 22, 2019

thumbnail

RESUME JURNAL BARBADOS SEMINAR AKUNTANSI MANAJEMEN


1. JUDUL JURNAL : STUDI EKSPLORASI PRAKTIK AKUNTANSI MANAJEMEN MANUFAKTUR DI PERUSAHAAN BARBADOS
Dari latar belakang teori yang digunakan oleh peneliti dalam penelitiannya yang berjudul “Studi Eksplorasi praktik akuntansi manajemen manufaktur di perusahaan Barbados” terdapat tiga kajian teori yang ada di dalam praktik akuntansi manajemen mencakup :
1. Dari jurnal penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan konsep antara dua peneliti terdapat pengembangan konsep dari Drury et al. (1993) menyatkan Penganggaran yang berbasis Activity Base Budgeting(ABB) dan Activity Base Costing (ABC).
2. sebagai alat untu mengukur kinerja dan mengelola aspek keuangan dan non keuangan perusaahaan. Ada empat perspektif untuk mengukur kinerja :
1) Pembelajaran dan pengembangan
2) Pelanggan dan terkait
3) Perspektif bisnis keunagan dan internal Menurut Chen dan Dodd (1997, p.318) menyatakan bahwa “EVA adalah perbedaan antara perusahaan pendapatan opeasional bersih setelah pajak dan biaya modal ekuitas dan utang. “metode EVA tidak mendapat pengakuan banyak antara organisasi dimasa depan. Sedangkan menurut Kaplan & Norton (1992) mengusulkan score card keseimbangan
3. Informasi untuk pengembilan keputusan menggunaka Cost Volemu Profit (CVP)
Ada persepsi umum bahwa akuntansi manajemen menyediakan informasi yang relevan untuk membuat keputusan, baik secara internal maupun eksternal dana pada jangka panjang atau jangka pendek dasar. Untuk keputusan jangka pendek seperti biaya volume keuntungan (CVP) dan analisi profitabilitas pelanggan dimana digunakan sebagai alat untuk mengukur potensi perubahan pendapatan, biaya dan harga. Analisi CVP digunakan untuk menentukan bebereapa banyak unit produk tertentu harus dijual, analisis CVP juga dapat digunakan oleh manajer ketika mempertimbangkan jika produk dibeli atau dibuat.
Dalam artikel Philmore Alleyne dan Diana Weeks –Marshal (2011) menjelaskan pendapat responden mengenai praktek akuntansi manajemen yang relevan dalam pengambilan keputusan. Tujuan dari artikel ini untuk menguji bagaimana praktek akuntansi manajemen di tiga perushaan yeang berbentuk PT di kawasan Barbados yang terdiri dari beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk keefektifan penganggaran yang terdiri dari atribut seperti ABC dan ABB. Dari kedua bentuk konsep tersebut dalam akuntansi manajemen mempengaruhi minat konsumen pada praktek akuntansi yang efektif. Hasil penelitian ini mengindikasi dari 9 responden yang digunakan sebagai sampling dalam menjelaskan praktik akuntansi manajemen,mereka umumnya sepakat bahwa praktik akuntansi manajemen bertujuan membantu dengan pembuatan keputusan manajemen. Dari temuan atau hasil studi ini menunjukkan dalam praktik akuntansi manajemen memungkinkan manajemen memperoleh informasi yang relevan untuk pengambilan keputusan yang bermakna.
2. JUDUL JURNAL : PERILAKU VARIABILITAS BIAYA DAN BIAYA DALAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR.
Biaya manajemen adalah salah satu isu yang paling penting dari kinerja perusahaan dan manajemen keuangan perusahaan. Juga masalah biaya sistem, metode dan teknik adalah salah satu fitur penting dari biaya manajemen dan akuntansi manajemen. Kita dapat mengamati pentingnya kualitas sistem manajemen biaya yang disebabkan oleh perubahan dramatis dalam lingkungan bisnis terus berkembang. Masalah ekologi, ekonomi, sosial dan lingkungan, serta tantangan yang terhubung dengan mengembangkan konsumen, membuat perusahaan-perusahaan yang prihatin dengan tingkat yang ada dan kualitas hubungan antara mereka dan masyarakat, karyawan mereka dan mereka konsumen. Di satu sisi tantangan baru dan harapan konsumen memaksa perusahaan untuk mengembangkan dan memperkenalkan kebijakan yang meramalkan strategi mereka untuk berurusan dengan masalah-masalah sosial, ekologi, dan lainnya. Di sisi lain.
Tujuan utama dari makalah ini adalah untuk mendiskusikan masalah-masalah yang berkaitan dengan perilaku biaya, variabilitas kelompok biaya dan kekakuan dari biaya terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis article´s ini. Fokus khusus dari makalah ini adalah untuk menganalisis survei sebelumnya dilakukan penelitian di bidang ini dan mengenalkan pentingnya masalah biaya variabilitas dalam konteks manufaktur perusahaan di Republik Ceko. Upaya dari makalah ini adalah juga untuk menunjukkan ketidakmampuan dari penilaian tradisional biaya perilaku yang didasarkan hanya pada hubungan dengan volume produksi.
3. JUDUL JURNAL : PENGGUNAAN ACTIVITY BASED COSTING UNTUK MENINGKATKAN KINERJA : LAPORAN SEBUAH STUDI KASUS
Departemen Pertahanan (DOD) dan reorganisasi program telah memiliki dampak yang signifikan pada kemampuan-kemampuan pertahanan dan sumber daya. Menurut sumber daya pertahanan, khususnya, menyediakan signifikan insentif untuk meningkatkan pengelolaan semua biaya dalam DOD. Untuk meningkatkan biaya manajemen, DOD telah mengidentifikasi yang berbasis aktivitas biaya (ABC) dan berbasis aktivitas manajemen (ABM) untuk implementasi pertahanan yang luas. ABC adalah sebuah metodologi yang mengukur biaya dan kinerja kegiatan, sumber daya, dan produk-produk yang berkaitan dengan biaya seperti,biaya produk dan jasa untuk lebih akurat memberikan informasi untuk pengambilan keputusan manajerial biaya. Manajemen berbasis aktivitas (ABM) melengkapi ABC yang digunakan dalam analisis proses untuk mengidentifikasi mengefisiensi dan membebaskan-nilai tambah kegiatan untuk perbaikan proses.
Meskipun berbagai organisasi publik dan swasta telah menerapkan ABC, sedikit yang diketahui tentang organisasi bagaimana militer telah menggunakan informasi ABC. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memeriksa dan menganalisis pengalaman dari tiga organisasi militer untuk memperoleh wawasan ke dalam bagaimana mereka menggunakan informasi ABC untuk meningkatkan kinerja. Walaupun model ABC yang disediakan beberapa wawasan ke dalam kemungkinan untuk perbaikan, hasil menunjukkan sedikit bukti bahwa organisasi secara konsisten digunakan model dan bertindak pada informasi ABC untuk meningkatkan kinerja. Kegagalan berasal dari kurangnya persiapan yang diperlukan untuk secara efektif menggunakan model untuk memulai peningkatan kinerja. Studi menawarkan beberapa rekomendasi untuk meningkatkan penerimaan ABC dan digunakan oleh organisasi militer.
ABC adalah sebuah metodologi yang mengukur biaya dan kinerja kegiatan, sumber daya, dan biaya material untuk informasi yang lebih akurat biaya untuk pengambilan keputusan manajerial. ABC bukanlah latihan akuntansi, tetapi metodologi yang menghasilkan tagihan kegiatan yang menggambarkan penumpukan biaya untuk setiap produk, Layanan, atau pelanggan. Dengan mengakui hubungan kausal antara sumber daya, kegiatan, dan biaya material seperti produk atau pelanggan, ABC memungkinkan seseorang untuk mengidentifikasi ketidak efisiensiesian atau tidak perlu kegiatan dan peluang untuk peningkatan biaya pengurangan atau keuntungan.
4. JUDUL JURNAL : APLIKASI KONSEP JUST IN TIME DI ANGKUTAN TRANSPORTASI PERKOTAAN
Just-In-Time (JIT) adalah filsafat hemat biaya, yang pertama dilaksanakan oleh Jepang Toyota Motor Corporation. Setelah berhasil diimplementasikan, konsep JIT telah secara luas diterapkan oleh berbagai perusahaan dalam beberapa bidang spesialisasi. Karya ini menunjukkan bagaimana konsep JIT dapat diimplementasikan di perkotaan barang transportasi. Waralaba dari toko-toko dan distribusi dan sistem penjaluran dipilih untuk dilaksanakan. Berfokus pada perspektif routing, konsep JIT lebih efisien didirikan dengan memperpanjang kendala jendela waktu di toko waralaba dan mendasari sistem routing dapat digolongkan sebagai masalah routing kendaraan dengan lembut kali jendela dan simultan pickup dan pengiriman (VRPSTWSPD). Hasil penelitian membuktikan bahwa VRPSTWSPD adalah karakteristik tertentu, yang dapat memenuhi tujuan dari konsep JIT. Penggunaan VRPSTWSPD akan mengakibatkan pengurangan biaya dan limbah dalam proses serta mempertahankan tingkat yang dapat diterima kepuasan.
Dalam tulisan ini, penerapan konsep JIT dilaksanakan di perkotaan barang transportasi ditunjukkan. Lebih khusus lagi, waralaba dari toko-toko dan satu kelas dalam pengedaran dan routing sistem dipilih sebagai contoh ilustratif untuk implementasi. Pelaksanaan konsep JIT memperhitungkan berbagai tugas yang efisien, namun perspektif rute tidak berfokus pada. Sejauh rute yang bersangkutan, konsep JIT lebih efisien dimasukkan dengan memperpanjang kendala jendela waktu. Akibatnya hasil ini dalam sebuah novel ekstensi untuk masalah rute kendaraan dasar. Komputasi percobaan menggambarkan bahwa masalah rute yang diusulkan dapat memenuhi tujuan dari konsep JIT termasuk pengurangan biaya, pengurangan limbah dalam proses, dan mempertahankan tingkat yang dapat diterima kepuasan.
Organisasi dari makalah ini adalah sebagai berikut. Karakteristik dari kenyamanan toko, kelas dipilih distribusi dan sistem penjaluran yang menggabungkan konsep JIT, dan definisi permasalahan akan dijelaskan dalam bagian berikutnya, diikuti dengan penyusunan matematika masalah kepentingan dan usulan solusi pendekatan untuk mengatasi masalah ini, masing-masing. Kemudian, hasil dan kontribusi akan digaris bawahi. Akhirnya, kesimpulan akan berakhir kertas.


thumbnail

OUTLINE PENGAJUAN SKRIPSI

PENGARUH LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR FOOD & BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA OLEH : WULAN SUMINAR 
 1. Latar Belakang Di Indonesia semakin banyak jumlah perusahaan yang berkembang pesat, baik yang bergerak dalam bidang industri, perdagangan, dan jasa. Setiap perusahaan, baik yang skala kecil maupun skala besar mempunyai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kondisi perusahaan yang baik merupakan kekuatan untuk perusahaan bertahan dan berkembang demi tercapainya tujuan perusahaan. Namun dalam era globalisasi seperti sekarang ini mengakibatkan persaingan antar perusahaan semakin ketat, setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Pada umumnya perusahaan didirikan untuk mencapai tujuan tertentu, adapun tujuan perusahaan antara lain untuk memperoleh keuntungan (profit) yang optimal dengan pengorbanan yang seminimal mungkin. Tercapainya tujuan tersebut ditentukan oleh kinerja yang nantinya dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan baik pihak internal maupun eksternal (Meidiyustiani, 2016). Kemampuan perusahaan memperoleh profit, ini menunjukkan apakah perusahaan mempunyai prospek yang baik atau tidak dimasa yang akan datang. Rasio profitabilitas yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah return on asset (ROA) karena dapat menunjukkan bagaimana kinerja perusahaan dilihat dari penggunaan keseluruhan asset yang dimiliki oleh perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 2. Bagaimana pengaruh solvabilitas terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 3. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 4. Bagaimana pengaruh likuiditas, solvabilitas dan ukuran perusahaan secara bersama – sama terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Untuk mengetahui pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Untuk mengetahui pengaruh solvabilitas terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 4. Untuk mengetahui pengaruh likuiditas, solvabilitas dan ukuran perusahaan secara bersama – sama terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1. Metode penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh Likuiditas (Current Ratio), Solvabilitas (Debt to Total Asset Ratio) dan Ukuran Perusahaan (Firm Size) terhadap Profitabilitas (Return on Asset) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini, perusahaan yang diteliti pada sektor industri barang konsumsi yaitu sub sektor makanan dan minuman, sub sektor farmasi, sub sektor kosmetik dan barang keperluan rumah tangga dan sub sektor peralatan rumah tangga. Dalam hal ini peneliti menggunakan data laporan keuangan perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang telah diaudit dan dipublikasikan pada akhir tahun yang terdaftar di IDX untuk menghindari kecurangan pada laporan keuangan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel sebanyak enam puluh sampel yang dipilih secara purposive sampling. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda, pengujian hipotesis (koefisien determinasi, uji t dan uji F yang diuji dengan uji asumsi klasik dan analisis deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian dari analisis data dapat disimpulkan bahwa secara parsial likuiditas berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Sedangkan variabel solvabilitas dan ukuran perusahaan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Secara simultan variabel likuiditas, solvabilitas dan ukuran perusahaan bersama-sama terbukti berpengaruh terhadap profitabilitas. Daftar Pustaka https://id.m.wikipedia.org/wiki/Likuiditas 
thumbnail

CONTOH OUTLINE OLEH MAHASISWA UNIVERSITAS MATARAM

Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Pada E-Commerce Go-Jek Cabang Kota Mataram dan Tanggung Jawab Perusahaan Gojek Terhadap Karyawan Oleh : Wulan Suminar
 1. Latar Belakang Anggaran merupakan salah satu komponen penting dalam perencanaan perusahaan yang berisikan rencana kegiatan di masa datang dan mengindikasikan kegiatan untuk mencapai tujuan. Aspek sumber daya manusia sebagai penyusun dan pelaksana anggaran haruslah dipertimbangkan karena anggaran akan dipengaruhi oleh perilaku manusia terutama bagi pihak yang terlibat langsung dalam penyusunan dan pelaksanaan anggaran. Contohnya, jika atasan dalam menilai kinerja atau memberikan reward pada bawahan didasarkan pada pencapaian sasaran anggaran, maka kecenderungan perilaku yang ada pada bawahan yang berpartisipasi dalam penyusunan anggaran adalah membuat anggaran yang mudah dicapai dengan cara melebih–lebihkan biaya dan merendah-rendahkan pendapatan, selain itu dalam penganggaran partisipatif juga dapat muncul adanya partisipasi semu dan pemberian laporan yang bias, dimana laporan anggaran yang bias akan mengurangi keefektifan anggaran didalam perencanaan dan pengawasan organisasi (Waller, 1988). Perbedaan antara anggaran yang dilaporkan dengan anggaran yang sesuai dengan estimasi terbaik bagi perusahaan ini disebut senjangan anggaran. Penelitian yang berkaitan dengan senjangan anggaran telah menguji berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kecenderungan para manajer untuk menciptakan senjangan anggaran seperti penelitian Camman (1976), Dunk (1993), Merchant (1985) dan Onsi (1973) yang menunjukkan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran dapat mengurangi senjangan anggaran. Hal ini terjadi karena bawahan membantu memberikan informasi pribadi tentang prospek masa depan sehingga anggaran yang disusun menjadi lebih akurat, sedangkan hasil penelitian Lowe dan Shaw (1968) dan Young (1985) berbeda dengan penelitian yang dilakukan Camman, Dunk, Merchant dan Onsi. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa partisipasi anggaran dan senjangan anggaran mempunyai hubungan positif, yaitu peningkatan partisipasi semakin meningkatkan senjangan anggaran. Selain partisipasi dalam penyusunan anggaran, beberapa peneliti mengidentifikasi bahwa senjangan anggaran dapat disebabkan oleh faktor keterlibatan kerja. Keterlibatan kerja adalah kondisi psikologis individu terhadap tugas tertentu (Kanungo, 1982; Lawler dan Hall, 1979). Cyert & March (1963), mengungkapkan bahwa para manajer dengan tingkat keterlibatan kerja yang tinggi akan memiliki kecenderungan yang lebih tinggi pula untuk menciptakan senjangan anggaran, sedangkan manajer yang memiliki tingkat keterlibatan kerja rendah, kurang memiliki kecenderungan untuk menciptakan senjangan anggaran karena mereka tidak mengidentifikasikan kerja mereka dan tidak peduli dengan pekerjaan mereka. GO-JEK adalah sebuah perusahaan teknologi berjiwa sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja di berbagai sektor informal di Indonesia. Gojek bermitra dengan sekitar 200.000 pengendara ojek yang berpengalaman dan terpercaya di Indonesia, untuk menyediakan berbagai macam layanan, termasuk transportasi dan pesan antar makanan. Kegiatan GO-JEK bertumpu pada tiga nilai pokok: kecepatan, inovasi, dan dampak sosial. Para Driver GO-JEK mengatakan bahwa pendapatan mereka meningkat semenjak bergabung sebagai mitra, mereka juga mendapatkan santunan kesehatan dan kecelakaan, serta mendapat akses ke lebih banyak pelanggan melalui aplikasi kami. Operasional GO-JEK telah resmi beroperasi di 10 kota besar di Indonesia, termasuk Jakarta, Bandung, Bali, Surabaya, Makassar, Yogyakarta, Medan, Semarang, Palembang, dan Balikpapan dengan rencana pengembangan di kota-kota lainnya pada tahun mendatang. E-Commerce Pada PT.GOJEK Indonesia Go-Jek mengembangka satu jenis E-Commerce, yaitu Business to Customer yang dilakukan dengan personal online booking. Fitur E-Commerce pada Go-Jek sangat lengkap bila dibandingkan dengan fitur E-Commerce dari moda transportasi lainnya. Go-Jek menawarkan E-Commerce terpadu yang memungkinkan calon atau penumpang Go-Jek untuk menggunakan Jasa kurir, Jasa transportasi, Jasa delivery makanan dan Jasa belanja. Fitur Go-Jek yang menarik adalah penumpang bisa menggunakan Credit Go-Jek dalam setiap transaksinya jadi lebih paktis dan yang tak kalah menarik adalah penumpang dapat memberikan rating dan saran untuk Supir Go-Jek. 2. Rumusan Masalah Bagaimana Partisipasi Anggaran Mempengaruhi Kinerja Manajerial Pada E-Commerce Go-Jek dan Tanggung Jawab Perusahaan Terhadap Karyawan Go-Jek? 3. Metode penelitian Adapun pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap masalah- masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi. Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan current status dari subjek yang diteliti. Tipe penelitian ini umumnya berkaitan dengan opini (individu, kelompok atau organisasi), kejadian atau prosedur. Populasi dan Sampel Penelitian Yang dijadikan sampel dalam penelitian ini ialah Manajer dan Karyawan Go-Jek Cabang Kota Mataram 4. Metode Analisis Data Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis deskriptif. Kegiatan yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data yang erat hubungannya dengan proses partisipasi anggaran dan tanggung jawab perusahaan ,Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memberikan gambaran sistematis, tekstual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan ciri-ciri orang-orang tertentu, kelompok-kelompok atau keadaan-keadaan. Keterangan untuk penelitian seperti ini dapat dikumpulkan dengan bantuan wawancara, kuesioner, dan pengamatan langsung. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Penelitian deskriptif hanya menggambarkan apa yang ada, dan bergantung pada pengamatan peneliti. Dengan cara mendiskripsikan keadaan yang berlangsung di lapangan, mengamati, sekaligus menggali informasi dari subyek penelitian berdasarkan data-data yang terkumpul, kemudian penulis akan mengungkapkan dengan kata-kata atau kalimat. Dengan demikian metode yang digunakan oleh penulis adalah kualitatif deskriptif, dimana penelitian tersebut bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau fenomena yang terjadi yang dapat diamati, dari kata-kata tertulis, maupun lisan dari orang-orang yang menjadi subyek penelitian ini.
 DAFTAR PUSTAKA https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repositori.uin-alauddin.ac.id/477/1/Rosnaena.pdf&ved=2ahUKEwiMmfTM_sndAhVROisKHUrCBjEQFjAAegQIBhAB&usg=AOvVaw2fSEjnmHhkMoG0fbYyMaKQ https://www.go-jek.com 
thumbnail

PROSEDUR PENYUSUNAN ANGGARAN

Menurut Nafarin (2000) memberi contoh prosedur penyusunan anggaran perusahaan industri yg baik antara lain sebagai berikut: 1. Tahapan penentuan pedoman perencanaan (anggaran) Anggaran yang akan dibuat pada tahun akan datang, hendaknya disiapkan beberapa bulan sebelum tahun anggaran berikutnya dimulai. Dengan demikian anggaran yang dibuat dapat digunakan pada awal tahun anggaran. Tahun anggaran biasanya dari tanggal 1 Januari suatu tahun sampai 31 Desember suatu tahun. Sebelum penyusunan anggaran, terlebih dahulu top management (direktur/komisaris) melakukan dua hal, yaitu: 1. Menetapkan rencana besar perusahaan, seperti: tujuan, kebijaksanaan, asumsi-asumsi sebagai dasar penyusunan anggaran. 2. Membentuk panitia penyusunan anggaran, yang terdiri dari: direktur sebagai ketua, manajer keuangan sebagai sekretaris, dan manajer lainnya sebagai anggota. 2. Tahapan persiapan anggaran Manajer pemasaran sebelum menyusun anggaran penjualan terlebih dahulu menyusun forecast penjualan (taksiran/ramalan penjualan). Setelah menyusun forecast penjualan kemudian manajer pemasaran bekerja sama dengan manajer umum dan manajer keuangan untuk menyusun: • anggaran penjualan, • anggaran beban penjualan, dan • anggaran piutang usaha. Setelah itu manajer produksi bekerja sama dengan manajer keuangan dan manajer umum menyusun: • anggaran produksi, • anggaran biaya pabrik, • anggaran persediaan, • anggaran utang usaha. Anggaran tersebut di atas dibuat berdasarkan anggaran penjualan yang dibuat oleh manajer pemasaran. Manajer umum bekerja sama dengan manajer keuangan menyusun: • anggaran beban administrasi dan umum. Setelah itu manajer keuangan bekerja sama dengan para manajer menyusun: o anggaran laba rugi, o anggaran neraca, o anggaran kas, dan o anggaran lainnya. Dalam tahap persiapan anggaran ini biasanya diad akan rapat antar-bagian yang terkait saja. 3. Tahapan penentuan anggaran Pada tahap penentuan anggaran diadakan rapat dari semua manajer beserta direksi (direktur) dengan kegiatan: 1. Perundingan untuk menyesuaikan rencana akhir setiap komponen anggaran. 2. Mengkoordinasikan dan menelaah komponen-komponen anggaran. 3. Pengesahan dan pendistribusian anggaran. 4. Tahapan pelaksanaan anggaran Untuk kepentingan pengawasan tiap manajer membuat laporan realisasi anggaran. Setelah dianalisis kemudian laporan realisasi anggran disampaikan pada direksi. Untuk prosedur penyusunan anggaran pada perusahaan non manufaktur hampir sama dengan prosedur yang telah diuraikan (Nafarin, 2000), namun dibutuhkan beberapa penyesuaian. Dalam proses penyusunan anggaran, partipasi berbagai pihak mempunyai peranan yang sangat penting. Menurut Anthony dan Govindarajan (2007), proses penganggaran bisa ”top down” atau ”bottom up”. Pada top down, manajemen senior menyusun anggaran untuk level manajer di bawahnya. Sedangkan pada bottom up, manajer-manajer level bawah ikut berpartisipasi dalam menyusun nilai anggaran. Pendekatan top down biasanya jarang berhasil, karena menimbulkan kurangnya komitmen sehingga akan membah ay akan kesuksesan perencanaan. Sebaliknya, dengan pendekatan bottom up, komitmen lebih terjamin dalam pencapaian tujuan-tujuan anggaran. Namun, penggunaan pendekatan ini harus hati-hati dikontrol, karena nilai anggaran yang disusun mungkin terlalu mudah dicapai atau anggaran yang disusun tidak selaras dengan tujuan organisasi secara keseluruhan. Sebenarnya, proses persiapan anggaran yang efektif adalah penggabungan kedua pendekatan tersebut. Tim pembuat angggaran menyiapkan draft anggaran pertama untuk area tanggung jawabnya, yang mana merupakan pendekatan bottom up; namun mereka melakukannya sesuai petunjuk yang telah dibuat oleh manajemen atas, yang mana merupakan pendekatan top down. Manajer senior mereview dan mengkritik proposal anggaran dari manajaer bawah. Hampir sama dengan pendapat Garrison dan Noreen (2000), mengemukakan bahwa program anggaran yang paling berhasil harus melibatkan manajer dalam tanggung jawab pengendalian biaya untuk membuat estimasi anggaran mereka sendiri, yang disebut dengan self imposed budget atau anggaran partisipatif. Pendekatan ini biasanya dianggap sebagai metode pembuatan anggaran yang paling efektif. Keunggulan yang biasanya diungkapkan atas anggaran partisipatif ini adalah: 1. Setiap orang pada semua tingkatan organisasi diakui sebagai anggota tim yang pandangan dan penilaiannya dihargai oleh manajemen puncak. 2. Oang yang berkaitan langsung dengan suatu aktivitas mempunyai kedudukan terpenting dalam pembuatan estimasi anggaran. Dengan demikian, estimasi anggaran yang dibuat oleh orang semacam itu cenderung lebih akurat dan andal. 3. Orang lebih cenderung mencapai anggaran yang penyusunannya melibatkan orang tersebut. Sebaliknya, orang kurang terdorong untuk mencapai anggaran yang didrop dari atas. 4. Satu anggaran partisipatif mempunyai sistem kendalinya sendiri yang unik sehingga jika mereka tidak dapat mencapai anggaran, maka yang harus mereka salahkan adalah diri mereka sendiri. Di sisi lain, jika anggaran didrop dari atas, mereka akan selalu berdalih bahwa anggarannya tidak masuk akal atau tidak realistis untuk diterapkan dan dicapai. 
thumbnail

Makalah Teori Akuntansi Universitas Mataram

TEORI AKUNTANSI KELOMPOK 13 Akuntansi Untuk Perubahan Harga OLEH : KELOMPOK 1. RIZKI HANDAYANI (A1C115096) 2. WIDYA SEPTIANA H. (A1C115113) 3. WULAN SUMINAR (A1C114093) KELAS F S1 AKUNTANSI REGULER SORE FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MATARAM 2018 
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai data dasar, dalam kondisi perubahan harga akuntansi kos historis menghadapi tiga masalah fundamental yang berkaitan dengan penilaian (valuation), unit pengukur (measurement unit) dan pemertahanan kapital (capital maintenance). Rerangka akuntansi pokok akan menghasilkan statemen keuangan dasar. Paton dan Littleton menegaskan bahwa data dasar hendaknya merupakan angka yang terandalkan yaitu obyektif dan dapat diverifikasi. Tujuan pelaporan keuangan tidak terbatas pada masalah pertanggungjelasan tetapi juga pada pemenuhan kebutuhan pengambilan keputusan ekonomi yang lebih luas. Tujuan penyajian informasi untuk pertanggung jawaban menjadi tidak berarti atau bahkan dapat diganti sama sekali. Kos merupakan jumlah rupiah kesepakatan dalam rangka memperoleh barang dan jasa dan merupakan jumlah rupiah kesepakatan dalam rangka penyerahan produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Dalam akuntansi kos historis, perubahan harga spesifik ini tidak diperhatikan dan dengan sendirinya perubahan ini akan tersembunyi dalam perhitungan laba. Seandainya pengaruh perubahan harga spesifik tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba, pengaruh ini akan menjadi untung atau rugi penahanan. Sedangkan Tujuan akuntansi kos sekarang adalah mengukur laba suatu perioda dengan mempertahankan kapital semula. Kapital diukur atas dasar kapasitas operasi atau kemampuan untuk menyediakan barang dan jasa dengan kuantitas yang sama dengan kapasitas atau kemampuan kapital sebelumnya. BAB II PEMBAHASAN A. Akuntansi untuk Perubahan Harga Akuntansi perubahan harga (accounting for price changes) mengacu pada perlakuan akuntansi terhadap perubahan atau selisih harga dan masalah akuntansi dalam kondisi yang didalamnya harga-harga berubah. • Rerangka Akuntansi Pokok Rerangka akuntansi pokok akan menghasilkan statemen keuangan dasar. Paton dan Littleton menegaskan bahwa data dasar hendaknya merupakan angka yang terandalkan yaitu obyektif dan dapat diverifikasi. Tujuan pelaporan keuangan tidak terbatas pada masalah pertanggungjelasan tetapi juga pada pemenuhan kebutuhan pengambilan keputusan ekonomi yang lebih luas. Tujuan penyajian informasi untuk pertanggung jawaban menjadi tidak berarti atau bahkan dapat diganti sama sekali. Kos merupakan jumlah rupiah kesepakatan dalam rangka memperoleh barang dan jasa dan merupakan jumlah rupiah kesepakatan dalam rangka penyerahan produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan. • Masalah akuntansi Sebagai data dasar, dalam kondisi perubahan harga akuntansi kos historis menghadapi tiga masalah fundamental yang berkaitan dengan penilaian (valuation), unit pengukur (measurement unit) dan pemertahanan kapital (capital maintenance). • Masalah Penilaian Nilai aset individual atau spesifik akan berubah kalau dibandingkan dengan aset tertentu yang lain meskipun daya beli uang tidak berubah. Perubahan ini disebabkan oleh penggunaan teknologi yang berbeda atau kemampuan produk baru yang lebih tinggi. Persepsi atau selera orang terhadap manfaat atau nilai barang tertentu dapat pula menyebabkan perubahan nilai yang akhirnya mempengaruhi harga barang tersebut. Perubahan harga semacam ini disebut dengan perubahan harga spesifik. Model akuntansi untuk menghadapi masalah ini adalah akuntansi nilai sekarang yang pengukuran nilainya bergantung pada dasar penilaian yang dianut yaitu kos sekarang atau nilai keluaran sekarang. • Masalah Unit Pengukur Daya beli uang dapat berubah sehingga unit moneter sebagai pengukur nilai tidak bersifat homogenus lagi kalau dikaitkan dengan waktu. Perubahan nilai unit pengukur ini terjadi karena perubahan tingkat harga secara umum dalam ekonomi suatu negara. Artinya, kalau nilai atau manfaat suatu barang tidak berubah, jumlah unit moneter yang dapat digunakan untuk memperoleh barang yang sama akan berbeda dari waktu ke waktu karena daya beli uang berubah.Secara umum, daya beli uang semakin menurun karena adanya inflasi. Akuntansi menghadapi masalah ini karena kos yang diukur satuan rupiah nominal tidak lagi homogenus untuk beberapa pos sehingga penjumlahan kos vertikal atau horisontal sebenarnya tidak bermakna lagi. B. Masalah Pemertahanan Kapital Laba adalah kenaikan kapital dalam suatu periode yang dapat didistribusi atau dinikmati setelah kapital awal dipertahankan. Untuk menentukan laba dengan mempertahankan kapital, tiga hal penting dalam mengukur kapital harus dipertimbangkan yaitu dasar penilaian, skala pengukuran, dan jenis kapital terutama dalam hal terjadi perubahan harga atau nilai. Masalah unit pengukur dalam perubahan harga berkaitan dengan skala pengukuran. Masalah pemertahanan kapital dalam perubahan harga berkaitan dengan jenis kapital yang harus dipertahankan yaitu finansial atau fisis. Bila pengaruh perubahan harga seperti di atas tidak diperhatikan, dalam keadaan perubahan harga menarik, perhitungan laba atas dasar kos historis cenderung tersaji lebih. Hal ini disebabkan perubahan akibat kenaikan harga atau untuk penahanan melekat pada angka laba. Angka laba yang tersaji lebih dapat mengakibatkan distribusi laba yang melebihi jumlah yang dapat menyisakan laba untuk mempertahankan kapital. Pos-Pos Moneter dan Nonmoneter Pos Moneter Pos-pos moneter terdiri atas aset moneter dan kewajiban moneter. Aset moneter adalah klaim untuk menerima kas di masa mendatang dengan jumlah dan saat yang pasti tanpa mengaitkan dengan harga masa datang barang dan jasa tertentu. Kewajiban moneter adalah keharusan untuk membayar uang di masa mendatang dengan jumlah dan saat pembayaran yang sudah pasti. Implikasi perubahan harga terhadap pos-pos moneter lebih berkaitan dengan perubahan daya beli yang menimbulkan untung atau rugi daya beli. Untung atau rugi daya beli timbul kalau perusahaan menahan pos-pos moneter dalam keadaan daya beli berubah. Pos-Pos Nonmoneter Pos-pos nonmoneter adalah pos-pos selain yang bersifat moneter yang juga terdiri atas aset nonmoneter dan kewajiban nonmoneter. Aset nonmoneter adalah aset yang mengandung jumlah rupiah yang menunjukkan nilai dan nilai tersebut berubah-ubah dengan berjalannya waktu atau aset yang merupakan klaim untuk menerima potensi jasa atau manfaat fisis tanpa memperhatikan perubahan daya beli. Kewajiban nonmoneter adalah keharusan untuk menyerahkan barang dan jasa atau potensi jasa lainnya dengan kuantitas tertentu tanpa memperhatikan daya beli atau perubahan nilai barang atau potensi jasa tersebut pada saat diserahkan. Implikasi perubahan harga terhadap pos nonmoneter adalah terjadinya perbedaan nilai tukar antara saat pos-pos tersebut diperoleh atau terjadi dan nilai tukar saat meretia diserahkan atau dilaporkan pada akhir perioda. Pos-pos moneter berkaitan dengan untung atau rugi daya beli sedangkan pos-pos nonmoneter dengan untung atau rugi penahanan. Perubahan Harga Harga merepresentasi nilai tukar barang dan jasa pada suatu saat dalam suatu lingkungan ekonomik. Barang dan jasa dapat berupa barang dan jasa antara yaitu berupa faktor produksi atau produk akhir (barang dan jasa untuk konsumsi). Harga masukan adalah harga faktor produksi dan harga barang atau jasa antara yang diperoleh untuk tujuan diolah lebih lanjut. Harga keluaran adalah harga barang dan jasa yang dijual sebagai produk perusahaan. Pasar faktor produksi disebut pasar masukan dan pasar produk akhir disebut pasar keluaran. Secara umum, perubahan harga adalah perbedaan jumlah rupiah untuk memperoleh barang atau jasa yang sama pada waktu yang berbeda dalam pasar yang sama (masukan atau keluaran). Dari segi akuntansi, perubahan harga adalah perbedaan antara kos tercatat suatu objek (pos) dan jumlah rupiah yang menggambarkan nilai objek (pos) pada saat tertentu. Dari sudut perusahaan, perbedaan harga masukan dan keluaran bukan merupakan perubahan harga tetapi lebih merupakan laba yaitu kenaikan nilai ekonomik yang diharapkan karena proses produksi. Karakteristik perubahan harga barang dan jasa, ada tiga jenis perubahan harga yaitu : (1) perubahan harga umum, (2) perubahan harga spesifik, dan (3) perubahan harga relatif. Perubahan Harga Umum Perubahan harga umum mencerminkan kenaikan atau penurunan nilai tukar satuan uang atau dikenal dengan perubahan daya beli. Perubahan tersebut dapat disebabkan pada umumnya oleh kekuatan-kekuatan faktor ekonomik seperti tersedianya uang atau kecepatan beredarnya uang dibandingkan dengan tersedianya barang atau jasa dalam perekonomian suatu negara. Penyebab lain adalah ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran barang dan jasa secara umum atau perubahan harga pasar dunia untuk komoditas dasar tertentu. Perubahan harga umum ditandai oleh perubahan seluruh harga barang dan jasa dengan tingkat dan arah yang sama. Inflasi dan Daya Beli Uang Indeks harga dapat memberi gambaran perubahan tingkat harga dari waktu ke waktu. Perubahan indeks harga merefleksi pula perubahan daya beli atau nilai tukar uang. Kenaikan indeks harga berarti penurunan daya beli demikian pula sebaliknya. Daya beli uang adalah kemampuan satuan uang pada saat tertentu untuk ditukarkan dengan barang. Gejala kenaikan tingkat harga umum dari waktu ke waktu disebut inflasi. Inflasi ditunjukkan oleh indeks harga umum yang cenderung menaik dari waktu ke waktu. Perubahan relatif indeks harga dari perioda satu ke perioda berikutnya disebut dengan laju inflasi. Implikasi Akuntansi Kos berbagai objek yang diukur dengan satuan uang pada waktu yang berbeda-beda sebenarnya merupakan jumlah rupiah yang tidak homogenus sehingga tidak dapat dijumlahkan. Karena bersifat moneter, meretia sudah merefleksi kos atau harga sekarang setiap saat atau pada tanggal pelaporan. Dengan adanya perubahan daya beli, perusahaan kemungkinan akan mendapat untung atau menderita rugi karena perusahaan menahan pos-pos moneter. Untung atau rugi daya beli pos moneter terjadi apabila perusahaan menahan aset moneter atau mempunyai utang moneter dalam jangka waktu tertentu. Dalam kondisi inflasi, menahan aset moneter akan menimbulkan rugi daya beli. Dalam kndisi deflasi menahan aset moneter akan memberikan untung daya beli dan menahan utang moneter akan mengakibatkan rugi daya beli. Interpretasi Untung / Rugi Daya Beli Jumlah rupiah untung atau rugi daya beli merupakan informasi untuk membantu pemakai dalam menentukan laba ekonomik perusahaan karena informasi tersebut berkaitan dengan seberapa jauh kapital secara ekonomik harus dipertahankan. Untung daya beli penahanan utang dapat diperlakukan sebagai pengurangan aset yang diperoleh dengan utang tersebut. Untung atau rugi daya beli pos moneter lancar dapat dianggap terrealisasi pada saat pos aset moneter lancar diterima uangnya atau pada saat utang moneter lancar dilunasi. Dari sudut pandang perusahaan sebagai kesatuan usaha, untung atau rugi daya beli utang jangka panjang dalam suatu perioda tidak mempengaruhi besarnya laba. Dari sudut likuiditas, untung atau rugi daya beli akan memberi informasi apakah perusahaan dapat menjaga likuiditas operasinya. Dalam kondisi inflasi, tentu saja modal kerja moneter akan cenderung menurun daya belinya. C. Perubahan Harga Spesifik Perubahan harga spesifik adalah perubahan harga barang tertentu karena nilai instrinsik barang tersebut berubah sehingga nilai tukarnya juga berubah baik di pasar masukan maupun pasar keluaran. Perubahan harga spesifik terjadi karena berbagai faktor antara lain perubahan selera konsumer, perubahan teknologi di bidang teknik industri dan spekulasi atau perubahan harapan masyarakat terhadap kuantitas barang dan jasa tertentu yang tersedia dalam masyarakat. Perubahan harga spesifik dalam pasar masukan akan mengakibatkan kenaikan atau penurunan kos aset yang yang akhirnya mempengaruhi biaya bagi perusahan. Perubahan harga spesifik dalam pasar keluaran akan mengakibatkan kenaikan atau penurunan pendapatan perusahaan. Implikasi Akuntansi Dalam akuntansi kos historis, perubahan harga spesifik ini tidak diperhatikan dan dengan sendirinya perubahan ini akan tersembunyi dalam perhitungan laba. Seandainya pengaruh perubahan harga spesifik tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba, pengaruh ini akan menjadi untung atau rugi penahanan. Interpretasi Untung/Rugi Penahanan Untung penahanan merupakan informasi tentang jumlah rupiah untuk mempertahankan kapital.Dari segi evaluasi kinerja manajemen, akuntansi kos sekarang sebenarnya memberi informasi tentang kegiatan yang benar-benar merupakan upaya manajemen dan kegiatan yang semata-mata hanya menahan aset dalam kaitannya dengan pengelolaan kapital fisis. Laba operasi merupakan hasil kegiatan produktif, sendangkan untung penahanan merupakan hasil kegiatan penahanan aset semata. Laba operasi atas dasar kos sekarang merupakan pengukur efisiensi pengelolaan dana atau kapital fisis perusahaan yang sebenarnya. Dalam kondisi harga yang menarik, biaya atas dasar kos sekarang yang dibebankan ke pendapatan akan cenderung lebih tinggi daripada biaya historis karena itu laba akan cenderung lebih kecil. Perubahan Harga Relatif Perubahan harga relatif mengukur tingkat penyimpanan perubahan harga barang atau jasa tertentu terhadap perubahan akibat perubahan tingkat harga umum seluruh barang dan jasa. Perubahan harga relatif adalah perubahan harga setelah pengaruh perubahan daya beli dikeluarkan atau diperhitungkan. Kalau unit moneter dihomogenuskan dengan indeks harga umum, statemen laba-rugi akan menggambarkan laba real secara ekonomik. Pengaruh perubahan harga relatif tidak dapat terungkapkan secara penuh kalau penyesuaian tidak dilakukan baik untuk perubahan harga spesifik maupun untuk perubahan harga umum. Model akuntansi yang memperhitungkan pengaurh perubahan harga relatif sebenarnya merupakan bastar atau hibrida antara model akuntansi daya beli konstan dan akuntansi kos sekarang. Model hibrida tersebut disebut akuntansi kos sekarang daya beli konstan. Akuntansi Daya Beli Konstan Tujuan akuntansi daya beli konstan adalah mempertahankan kapital atas dasar daya beli. Pemilihan Indeks Harga untuk Konversi Untuk dapat menyajikan statemen keuangan berbasis daya beli, data kos historis harus dikonversi menjadi kos daya beli pada saat pelaporan. Untuk menyusun statemen keuangan lengkap dalam daya beli, semua pos baik neraca atau laba-rugi harus dikonversi. Bila indeks rata-rata digunakan dan pos-pos laba rugi terjadi secara merata selama perioda, rupiah daya beli yang didapat untuk suatu pos biasanya hampir sama dengan jumlah rupiah nominalnya. Keunggulan dan Kelemahan Argumen yang biasanya diajukan untuk mendukung penyajian informasi daya beli konstan adalah 1. Akuntansi daya beli konstan menjadi angka akuntansi lebih bermakna 2. Dengan akuntansi daya beli konstan, pembandingan antarperioda akan memberikan informasi yang lebih bermakna daripada pembandingan atas dasar rupiah nominal 3. Pembandingan data antarperusahaan juga akan menjadi lebih berarti dan informatif 4. Akuntansi daya beli konstan akan menghasilkan informasi laba atas dasar konsep mempertahankan kapital 5. Pejabat pemerintah sudah terbiasa menganalisis data keuangan atas dasar nilai real, sehingga pelaporan keuangan perusahaan dengan menggunakan rupiah nominal kemungkinan dapat menyebabkan kebijakan pemerintah yang merugikan perusahaan 6. Akuntansi daya beli konstan merupakan sarana mengeluarkan pengaruh perubahan harga umum tanpa harus mengubah atau mengganti struktur akuntansi yang sudah berjalan. 7. kuntansi daya beli konstan dapat mengatasi atau meniadakan sama sekali metoda akuntansi yang dimaksudkan untuk menanggulangi perubahan harga secara parsial atau secara pos per pos Beberapa keberatan dan kelemahan terhadap akuntansi daya beli konstan adalah : 1. Akuntansi daya beli konstan mendasarkan diri pada data kos historis sehingga kelemahan-kelemahan yang melekat pada kos historis tidak seluruhnya dapat dihilangkan atau diatasi. Jadi, akuntansi daya beli konstan belum memperhitungkan pengaruh perubahan harga spesifik 2. Manfaat informasi tambahan kemungkinan besar tidak sepadan dengan kos untuk menyusun statemen keuangan daya beli konstan 3. Acapkali stateman keuangan daya beli konstan diinterpretasi secara keliru sebagai informasi tentang nilai sekarang padahal informasi yang disajikan oleh akuntansi daya beli konstan bukan merupakan nilai sekarang, nilai yang dapat direalisasi, atau bahkan nilai diskonan 4. Untung rugi daya beli tidak mempunyai makna atau interpretasi yang jelas atau intuitif. 5. Acapkali indeks yang digunakan untung menghomogenuskan unit pengukur tidak mewakili perubahan daya beli yang terkandung dalam aset perusahaan sehingga hasil perhitungan akuntansi daya beli konstan diragukan keterandalannya. Kapital Daya Beli Kapital daya beli sebenarnya merupakan kapital finansial. Kapital finansial, laba terjadi dari kenaikan jumlah rupiah kapital tanpa memperhatikan wujud kapital tersebut. Kapital daya beli adalah jumah rupiah kapital finansial yang telah dikonversi menjadi daya beli. Akuntansi Kos Sekarang Tujuan akuntansi kos sekarang adalah mengukur laba suatu perioda dengan mempertahankan kapital semula. Kapital diukur atas dasar kapasitas operasi atau kemampuan untuk menyediakan barang dan jasa dengan kuantitas yang sama dengan kapasitas atau kemampuan kapital sebelumnya. Dasar Pengukuran Kos Sekarang 1. Kos Pengganti Penekanan diletakkan pada kos pengganti aset yang dikuasai perusahaan dengan aset yang sejenis atau sama fungsinya. Kos pengganti ini, secara konseptual laba perioda akan terjadi atas dua unsur yaitu : (1) laba operasi dan (2) untung atau rugi penahanan akibat perubahan harga relatif. FASB memberi pedoman pengukuran fasilitas fisis yang sudah terpakai dengan cara berikut : a. Mengukur kos sekarang suatu fasilitas fisis baru yang mempunyai potensi jasa yang sama dengan potensi jasa fasilitas pada waktu dibeli perusahaan dan menguranginya dengan depresiasi yang diperhitungkan atas dasar kos baru sesuai metoda yang sama b. Mengukur kos sekarang suatu fasilitas fisis beka yang sama umum dan kondisinya dengan aset yang sekarang dikuasai/dimiliki perusahaan c. Mengukur kos sekarang suatu fasilitas fisis baru yang mempunyai potensi jasa yang berbeda dengan yang sekarang dikuasai/dimiliki perusahaan dan menyesuaikan kos baru tersebut terhadap perbedaan-perbedaan nilai potensi jasa akibat perbedaan umur, kapasitas, kualitas jasa dan kos pemeliharaan/pengoperasian. 2. Nilai Jual Sekarang Kos sekarang aset diukur atas dasar harga aset senandainya pada saat sekarang perusahaan memilih untuk menjual aset tersebut alih-alih memakainya untuk operasi. Nilai jual sekarang berarti jumlah rupiah pendapatan yang dapat direalisasi seandainya aset dijual sekarang. 3. Nilai Terrealisasi Harapan Pendekatan ini sama dengan nilai jual sekarang hanya pengukuran dilakukan atas dasar nilai sekarang aliran kas masa datang yang diterima dari aset atau dibayar untuk aset atau utang bersangkutan. Nilai penggunaan adalah nilai sekarang aliran kas di masa mendatang yang diharapkan akan diterima dari penggunaan aset oleh perusahaan. Nilai pasar sekarang adalah jumlah rupiah kas, atau setara kas yang diharapkan akan dapat diperoleh dari penjualan suatu aset dikurangi dengan biaya penjualan yang terlibat dalam proses penjualan aset tersebut. Kos sekarang dan Pemertahanan Kapital Akuntansi kos sekarang dilandasi konsep mempertahankan kapital. Perubahan harga aset yang ditahan selama suatu perioda menimbulkan untung atau rugi penahanan. Untuk kapital finansial untung atau rugi ini akan diperhitungkan dalam penentuan laba perioda sebagai untung terrealisasi. Perbedaan utama antara konsep mempertahankan kapital fisis dan kapital finansial adalah bahwa dalam mempertahankan kapital fisis, untung atau rugi penahanan tidak dimasukkan sebagai komponen laba perioda tetapi diperlakukan sebagai penyesuai ekuitas pemegang saham. D. Akuntansi Hibrida Akuntansi daya beli konstan berusaha untuk mengatasi masalah unit pengukur tidak stabil sedangkan akuntansi kos sekarang berusaha untuk mengatasi masalah panilaian. Perbedaan Akuntansi Daya Beli Konstan dan Kos Sekarang Akuntansi Daya Beli Konstan 1. Mengatasi masalah unit pengukur. 2. Merevisi atau merevaluasi aset moneter pada akhir perioda. 3. Menggunakan indeks harga umum karena sasaeannya perubahan umum. 4. Mengabaikan untung atau rugi penahanan pada saat revaluasi. 5. Mengungkapkan untung atau rugi daya beli atas aset monoter reto. 6. Untung atau rugi sebagai selisih lebih bermakna sebagai penyesuai kapital daripada komponen laba dalam rangka pemertahanan kapital. Akuntansi Kos Sekarang 1. Mengatasi masalah penilaian. 2. Merevisi atau merevaluasi aset nonmoneter secara terus menerus. 3. Menggunakan indeks harga spesifik karena sasarannya perubahan harga spesifik. 4. Mengabaikan untung atau rugi daya beli. 5. Mengungkapkan untung atau rugi penahanan atas aset nonmoneter neto. 6. Untung atau rugi sebagai selisih lebih bermakna sebagai komponen laba daripada penyesuai kapital dalam rangka pemertahanan kapital. Standar Akuntansi Perubahan Harga Dengan dikeluarkannya SFAS No. 89, FASB telah mengubah status pelaporan informasi perubahan harga dari wajib menjadi anjuran. Secara autoritatif pengungkapan informasi perubahan harga setelah SFAS No. 89 sebenarnya bersifat sukarela. Standar akuntansi perubahan harga dalam profesi akuntansi di Amerika memang mempunyai riwayat yang agak unik. Standar yang cukup penting yang berpautan dengan pembahasan dalam bab ini adalah SFAS No. 33, No. 82 (1984), dan terakhir No. 89 (1986).27 SFAS No. 33 Semula melalui SFAS No. 3, FASB mewajibkan informasi pelengkap atas pengaruh inflasi dan perubahan harga spesifik dalam laporan tahunan. SFAS No. 33 tidak menuntut penyajian komprehensif statemen keuangan atas dasar kos sekarang atau daya beli kostan tetapi hanya mewajibkan pengungkapan sebagian informasi yang membantu pemakai untuk mengevaluasi pengaruh perubahan harga. Untuk akuntansi daya beli konstan, butir-butir minimum yang harus diungkapkan adalah : 1. Informasi tentang laba dari operasi berlanjut untuk tahun berjalan atas dasar daya beli konstan. 2. Untung atu rugi daya beli atas pos-pos moneter neto untuk tahun berjalan. 3. Dalam SFAS No. 33, FASB menetapkan informasi minimal yang harus diungkapkan atas dasar kos sekarang sebagai berikut : 4. Informasi tentang laba dari operasi berlanjut untuk tahun berjalan atas dasar kos sekarang. 5. Jumlah rupiah kos sekarang sediaan dan fasilitas fisis pada akhir tahun. 6. Untung dan rugi perusahaan selama tahun berjalan untuk sediaan dan fasilitas fasis. SFAS No. 82 FASB menerbitkan SFAS No. 82 yang isinya meniadakan beberapa pengungkapan yang sebelumnya diatur dalam SFAS No. 33. Standar baru ini meniadakan atau membatalkan ketentuan untuk mengungkapkan informasi daya beli konstan. SFAS No. 89 SFAS No. 89 tidak lagi mewajibkan (to require) pengungkapan pengaruh perubahan harga sebagai informasi pelengkap tetapi sangat menganjurkan (to encourage) pengungkapan tersebut. Model Akuntansi dan Implementasinya Standar pelaporan perubahan harga menyangkut empat model yaitu: 1. akuntansi kos historis 2. akuntansi daya beli konstan 3. akuntansi kos sekarang 4. akuntansi kos sekarang/daya beli konstan. Suatu model akuntansi perubahan harga ditentukan oleh kombinasi tiga faktor: 1. Dasar penilaian 2. Skala pengukuran 3. Jenis Kapital Model 1. Berbasis kos historis dengan skala pengukuran nomimal untuk capital bersifat financial. Model 2. Besarnya untung atau rugi daya beli suatu periode ditentukan oleh indeks harga yang dipilih sebagai basis Model 3. Kos sekarang sebenarnya adalah kos sekarang pada saat penjualan. Model 4. Model ini merupakan model hibrida yaitu penggabungan akuntansi daya beli konstan dan akuntansi kos sekarang yang semula berdiri sendiri. Model 5. Model ini sama dengan model 3 tetapi jenis capital yang diukur adalah fisis Model 6. Laba yang didistribusi sama dengan model 5. Perbedaannya terletak pada unit pengukur yang berubah dan diperhitungkannya rugi daya beli dan besarnya jumlah penyesuaian capital fisis untuk mempertahankan kapital Model 7. Model ini tidak berbeda dengan kos sekarang hanya kos sekarang didefinisi sebagai harga jual sehingga laba dimaknai sebagai aliran kas bersih masa datang baik yang telah terealisasi maupun belum. Model 8. Model ini merupakan pengembangan model 7 dengan memasukkan unsur perubahan daya beli dalam hitungan laba sehingga semua angka rupiah dikalikan dengan indeks yang sesuai BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Akuntansi perubahan harga (accounting for price changes) mengacu pada perlakuan akuntansi terhadap perubahan atau selisih harga dan masalah akuntansi dalam kondisi yang didalamnya harga-harga berubah. Rerangka akuntansi pokok akan menghasilkan statemen keuangan dasar. Paton dan Littleton menegaskan bahwa data dasar hendaknya merupakan angka yang terandalkan yaitu obyektif dan dapat diverifikasi. Tujuan pelaporan keuangan tidak terbatas pada masalah pertanggungjelasan tetapi juga pada pemenuhan kebutuhan pengambilan keputusan ekonomi yang lebih luas. Tujuan penyajian informasi untuk pertanggung jawaban menjadi tidak berarti atau bahkan dapat diganti sama sekali. DAFTAR PUSTAKA Suwardjono, 2014. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi Ketiga, BPFE, Yogyakarta.     

Popular Posts

About me

Berusaha untuk mencapai keinginan, berpandangan luas untuk menggapai cita-cita "Man Jadda wa jada"

Read More

Followers

Total Pageviews