December 30, 2017

thumbnail

PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN PUSAT BIAYA DAN PENDAPATAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dalam makalah ini hakikat dari pusat tanggung jawab pada umumnya dan kriteria efisiensi dan efektifitas yang relevan dalam mengukur kinerja para manajernya. Kemudian akan dijelaskan definisi dan dua jenis pusat tanggung jawab: pusat pendapatan dan pusat beban. Pusat beban dapat dibagi dalam dua kategori: pusat beban teknik (engineered expense centers) dan pusat beban kebijakan (discretionary expense centers). Selanjutnya akan dibahas tiga dari jenis yang paling umum dari pusat beban kebijakan : pusat administrasi dan pendukung, pusat riset dan pengendalian, serta pusat pemasaran.
Pusat tanggung jawab merupakan organisasi yang di pimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab terhadap aktivitas yang di lakukan. Pada hakikatnya, perusahaan merupakan sekumpulan pusat-pusat tanggung jawab, yang masing-masing di wakili oleh sebuah kotak dalam bagan organisasi pusat-pusat tanggung jawab tersebut kemudian membentuk suatu hierarki. Pada tingkatan terendah adalah pusat untuk seksi-seksi, pergesaran kerja (workshift) dan unit organisasi kecil lainnya.departemen bisnis yang memiliki beberapa unit organisasi yang lebih kecil menduduki posisi yang lebih tinggi dalam hierarki. Dari sudut pandang menejer senior dan dewan direksi perusahaan seraca keseluruhan merupakan pusat tanggungjawab, meskipun istilah ini biasanya berkenaan dengan unit-unit dalam perusahaan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka kami dapat merumuskan masalah sebagai berikut  :
1. Apa yang dimaksud dengan pusat tanggung jawab?
2. Apa saja jenis-jenis pusat tanggung jawab?
3. Apa yang dimaksud dengan pusat pendapatan?
4. Apa yang dimaksud dengan pusat beban?
5. Apa yang dimaksud dengan pusat administrative dan pendukung?
6. Apa yang dimaksud dengan pusat penelitian dan pengembangan?
7. Apa yang dimaksud dengan pusat pemasaran?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah dimensi perpajakan internasional ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian domisili fiskal.
2. Untuk mengetahui subjek pajak dalam negeri.
3. Untuk mengetahui subjek pajak luar negeri.
4. Untuk mengetahui perbedaan dari subjek pajak dalam negeri dan luar negeri.
5. Untuk mengetahui yang tidak termasuk subjek pajak.
6. Untuk mengetahui penentuan domisili fiskal di beberapa negara.
7. Untuk mengetahui surat keterangan domosili.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pusat Tanggung Jawab : Pusat Pendapatan Dan Beban
2.1.1 Pusat Tanggung Jawab
Pusat tanggung jawab merupakan organisasi yang di pimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab terhadap aktivitas yang di lakukan. Pada hakikatnya, perusahaan merupakan sekumpulan pusat-pusat tanggung jawab, yang masing-masing di wakili oleh sebuah kotak dalam bagan organisasi pusat-pusat tanggung jawab tersebut kemudian membentuk suatu hierarki. Pada tingkatan terendah adalah pusat untuk seksi-seksi, pergesaran kerja (workshift) dan unit organisasi kecil lainnya.departemen bisnis yang memiliki beberapa unit organisasi yang lebih kecil menduduki posisi yang lebih tinggi dalam hierarki. Dari sudut pandang menejer senior dan dewan direksi perusahaan seraca keseluruhan merupakan pusat tanggungjawab, meskipun istilah ini biasanya berkenaan dengan unit-unit dalam perusahaan.

Sifat Pusat Tanggung Jawab
Pusat tanggungjawab muncul guna mengujudkan satu atau lebih maksud, yang disebut dengan cita-cita. Perusahaan secara keseluruhan memiliki cita-cita, dan manajemen senior menentukan sejumlah strategi untuk mencapai cita-cita tersebut. Fungsi dari berbagai-berbagai pusat tanggungjawab daam perusahaan adalah untuk mengimplementasikan strategi tersebut. Karena setiap organisasi merupakan sekumpulan pusat tanggungjawab, maka jika setiap pusat tanggungjawab telah memenuhi tujuannya, maka cita-cita organisasi tersebut juga telah tercapai.
Produk-produk (seperti barang dan jasa) yang dihasilkan oleh suatu pusat tanggungjawab bias saja kemudian diserahkan ke pusat tanggungjawab yang lain, dimana output tersebut kemudian menjadi input, atau bias juga dilempar ke pasar, sebagai output organisasi secara keseluruhan. Pendapatan adalah jumlah yang diperoleh dari proses penyediaan output.

Hubungan Antara Input dan Output
Manajemen bertanggung jawab untuk memastikan hubungan yang optimal antara input dan output. Disejumlah pusat tanggungjawab, hubungan itu bersifat timbale balik dan langsung, misalnya seperti di departemen produksi, input bahan baku menjadi bagian fisik dari barang jadi. Disini, pengendalian focus pada penggunaan input minimum yang dibutuhkan untuk memproduksi outpu yang diperlukan menurut spesifikasi dan standar mutu yang benar, tepat watu, dan sesuai dengan jumlah yang diminta.
Akan tetapi dalam sejumlah situasi, input tidak secara langsung berkaitan dengan output yang dihasilkan. Biaya periklanan adalah input yang ditunjukan untuk meningkatkan hasil penjualan; namun karena penjualan juga dipengaruhi sejumlah factor lain selain iklan, maka kaitan antara meningkatnya baiya iklan dengan meningkatnya penjualan jarang dapat ditunjukkan, lagi pula, keputusan manajemen untuk meningkatkan penjualan iklan lebih didasarkan pada penilaian dari pada didasarkan data. Sementara itu, dalam litbang, hubungan antara input dan output bahkan lebih kabur lagi; hasil dari litbang yang dilakukan pada masa sekarang barangkali tidak dapat diketahui selama beberapa tahun dan jumlah optimal yang harus dibelanjakan oleh suatu perusahaan  untuk litbang tidak bias ditentukan.
Mengukur Input dan Output
Kebanyakan input yang digunakan oleh pusat tanggungjawab dapat dinyatakan dalam ukuran-ukuran fisik-jam kerja, liter minyak, rim kertas, dan kwh listrik. Dalam sistem pengendalian manajemen, satuan-satuan kuantitas tersebut kemudian diterjemahkan kesatuan moneter; uang merupakan penyebut umum yang memungkinkan nilai dan berbagai sumber daya yang beragam untuk digabungkan dan dikombinasikan. Nilai uang dari input tertentu biasanya dihitung dengan mengahlikan kuantitas fisik dengan harga per unit (yaitu, jumlah jam kerja dikalukan dengan tarif per jamnya). Jumlah moneter yang dihasilkan dari perhitungan tersebut sebagai biaya; dengan cara ini biasanya input dari pusat tanggungjawab dinyatakan. Biaya adalah suatu ukuran moneter dari jumlah sumber daya yang digunakan oleh suatu pusat tanggungjawab.
Perhatikan bahwa input adalah sumber daya yang dipergunakan oleh pusat tanggungjawab. Pasien-pasien dirumah sakit atau pelajar disebuah sekolah bukanlah input lebih tepatnya, input adalah sumber daya yang digunakan oleh sebuah rumah sakit atau sebuah sekolah untuk mencapai tujuannya dalam merawat pasien-pasien atau dalam mendidik para pelajar.
Adalah lebih muda untuk mengukur biaya input dari pada untuk menghitung nilai output. Sebagai contoh, pendapatan pertahu barang kali merupakan alat ukur penting atas output suatu organisasi yang berorientasi pada laba, akan tetapi angka itu tidak menyatakan seluruh kinerja organisasi selama tahun tersebut. Input seperti aktivitas litbang, pelatihan sumber daya manusia, periklanan, dan promosi penjualan juga belum tentu mempengaruhi output di tahun yang bersangkutan. Tidak mungkin lanjut mengukur secara akurat nilai dari pekerjaan yang dilakukan oleh bagian humas, bagian pengendalian mutu atau staf hokum perusahaan. Dlam organisasi-organisasi nir laba, barangkali juga tidak ada tolak ukur atas output secara kuantitatif. Banyak organisasi bahkan tidak berupaya untuk mengukur output dari masing-masing pusat tanggungjawab. Beberapa yang lain menggunakan perkiraan atau menggunakan angka-angka pengganti (surrogate numbers) dengan mengetahui keterbatasannya.

Efisiensi dan Efektifitas
Konsep input, output, dan biaya bisa digunakan untuk menjelaskan makna dari efisiensi dan efiktifitas, yang merupakan dua criteria dengan mana kinerja pusat tanggungjawab dinilai. Kedua istilah ini hamper selalu digunakan dalam suatu perbandingan dan bukan dalam makna absolute. Biasanya tidak dinyatakan bahwa  suatu pusat tanggungjawab, katakanlah pusat tanggungjawab A, 80% efisien; tetapi lebih tepat jika dikatakan jika dikatan bahwa pusat tanggungjawab tersebut lebih (atau kurang) efisien dibandingkan dengan para pesaingnya, lebih (atau kurang) eisien sekarang ini dibandingkan dengan masa lalu, lebih (atau kurang) efisien dibandingkan dengan anggrannya, atau lebih (atau kurang) efisien dibandingkan dengan pusat tanggungjawab B.
Efisiensi adalah rasio output terhadap input, atau jumlah output per uni input. Pusat tanggungjawab lebih ifisien daripada pusat tanggungjawab B (1) jika menggunakan jumlah sumber daya yang lebih sedikt dari pada pusat tanggungjawab B, namun memproduksi jumlah output yang sama, atau (2) menggunkan jumlah sumber daya yang sama namun memproduksi jumlah output yang lebih besar.
Perlu dicatat bahwa kriteria pertama tidak mengharuskan output dikuantitatifkan; tetapi adalah perlu untuk menilai bahwa output dan kedua unit tersebut hamper sama. Jika demikian halnya, dengan engasumsikan bahwa kedua pusat tanggungjawab tersebut menjalankan pekerjaan mereka dengan memuaskan dan besarnya masing-masing pekerjaan tersebut bias dibandingkan, maka unit dengan input yang lebih rendah (yaitu biaya yang lebih rendah) adalah yang lebih efisien. Akan tetapi, dalam criteria diamana input adalah sama namun dengan output yang berbeda. Maka dibutuhkan beberapa tolak ukur output kuantitatif; sehingga merupakan perhitungan yang lebih sulit.
Dalam banyak pusat tanggungjawab, efisiensi diukur dengan cara membandingkan biaya actual dengan standar, dimana biaya-biaya tersebut harus dinyakan dalam output yang diukur. Meskipun metode ini dapat digunakan, tetapi metode ini mempunyai kelemahan utama: (1) biaya yang tercatat bukanlah tolak ukur atas sumber daya yang sebenarnya digunakan dan (2) standar pada hakikatnya merupakan perkiraan tentang apa yang idealnya harus tercapai dalam kondisi yang ada.
Dibandingkan dengan efisiensi, yang ditentukan oleh hubungan antara input dan output, efiktifitas ditentukan oleh hubungan antara output yang dihasilkan oleh suatu pusat tanggungjawab dengan tujuannya. Semakin besar output yang dikontribusikan bterhadap tujuan, maka semakin efektiflah unit tersebut. Karena baik tujuan maupun input sangatlah sukar dikuantifikasi, efiktifitas cenderung dinyatakan dalam istilah istilah yang subjektif dan non analitis-seperti “ kinerja kampus A adalah yang terbaik, tetapi kampus B telah agak menurun dalam tahun-yahun terakhir.”
Efisiensi dan efiktifitas berkaitan antara satu sama lain; setiap pusat tanggungjawab harus efektif dan efisien-dimana, organisasi harus mencapai tujuannya dengan cara yang optimal. Suatu pusat tanggungjawab yang enjalankan tugasnya dengan konsumsi terendah atas sumber daya, mungkin akan efisien tetapi jika output yang dihasilkannya gagal dalam memberikan kontribusi yang memadai pada pencapaian cita-cita organisasi, maka pusat tanggungjawab tersebut tidaklah efiktif. Jika suatu departemen kredit menangani pekerjaan dokumen yang berkaitan dengan penunggakan rekening pada biaya yang rendah per unitnya, maka departemen tersebut bersifat efisien; namun jika, pada saat bersamaan, departemen tersebut gagal dalam menaggih (atau terlibat dalam pertentangan yang tidak perlu dengan para konsumennya), maka departemen tersebut tidaklah efektif.
Secara ringkas, suatu pusat tanggungjawab akan bersifat efisien jika melakukan sesuatu dengan tepat, dan akan bersifat efektif jika menggunakan hal-hal yang tepat.
Peranan Laba
Tujuan utama dari setiap perusahaan yang berorientasi pada laba adalah memperoleh laba yang memuaskan. Oleh karena itu, laba merupakan tolak ukur yang penting atas efektifitas. Lebih lanjutnya lagi, karena ;aba merupakan selisih anatara pendapatan (ukuran output) dan biaya (ukuran input), laba juga merupakan ukuran efisiensi. Dengan demikian, laba mengukur baik efektifitas maupun efisiensi. Ketika ukuran secara menyeluruh itu ada, tidak perlu untuk mengukur relative penting efektifitas vs efisiensi. Akan tetapi, ketika ukuran tersebut tidak ada, adalah perlu dan bermanfaat untuk mengklasifikasikan ukuran kinerja sebagai ukuran yang berkaitan dengan efektifitas dan berkaitan dengan efisiensi. Tetapi situasi ini memiliki  masalah dalam menyeimbangkan kedua jenis ukuran tersebut. Sebagai contoh, bagaimana seseorang memandingkan antara perfeksionis yang barangkali efektif tetapi tidak efisien, dengan seorang manajer yang hemat dengan menggunakan lebih sedikit input namun memproduksi output yang kurang dari optimal?

2.1.2 Jenis-Jenis Pusat Tanggung Jawab
Ada empat jenis pusat tanggung jawab, digolongkan menurut sifat input dan atau output moneter yang diukur untuk tujuan pengendalian : pusat pendapatan, pusat beban, pusat laba, dan pusat investasi.
Masing-masing pusat tanggungjawab tersebut membutuhkan perencanaan dan sistem pengendalian yang berbeda. Ditinjau dari ringkas perencanaan dan teknik-teknik pengendalian yang digunakan di pusat pendapatan, dan kemudian beralih ke diskusi yang lebih luas mengenai teknik-teknik yang digunakan dalam pusat beban.

Pusat Pendapatan
Di pusat pendapatan, suatu output (yaitu, pendaptan) diukur secara moneter, akan tetapi tidak ada upaya formal yang dilakukan untuk mengaitkan input (yaitu, beban atau biaya) dengan output. (Jika beban dikaitkan dengan pendapatan, maka unit tersebut akan menjadi pusat laba). Pada umumnya, pusat pendapatan merupkan unit pemasaran atau penjualan yang tak memiliki wewenang untuk menetapkan harga jual dan tidak bertanggungjawab atas harga poko penjualan dari barang-barang yang mereka pasarkan. Penjualan atau pesanan actual diukur dari angggaran dan kuota, dan manajer dianggapa bertanggungjawab atas beban. yang terjadi secara langsung didalm unitnya, akan tetapi ukuran utamanaya adalah pendapatan.

Pusat Beban
Pusat beban adalah pusat tanggung jawab yang inputnya diukur secara monoter, namun outputnya tidak. Ada dua jenis umum dari pusat beban, yaitu pusat beban tekhnik dan pusat beban kebijakan. Dua jenis istilah ini berkaitan dengan dua jenis biaya. Biaya teknik adalah biaya-biaya yang jumlahnya secara “tepat” dan  “memadai” dapat diestimasikan dengan keandalan yang wajar-sebagai contoh, biaya pabrik untuk tenaga kerja langsung, bahan baku langsung, komponen, perlengkapan, dan keperluan-keperluan. Biaya kebijakan (juga disebut dengan biaya yang dikelola) adalah biaya yang tidak tersedia estimasi tekniknya. Di pusat beban kebajikan, biaya-biaya yang di keluarkan tergantung pada penilaian manajemen atas jumlah yang memadai dalam kondisi tertentu.

Pusat Beban Kebijakan
Pusat beban kebijakan meliputi unit-unit administrtif dan pendukung (seperti Akuntansi, Hukum, hubungan industrial, hubungan masyarakat, Sumber Daya Manusia), operasi litbang, dan hampir semua aktivitaspemasaran. Output dari pusat biaya ini tidak bisa diukur secara moneter.
Istilah kebijakan tidak berarti bahwa penilaian manajemen mengenai biaya optimum bersifat nmendadak dan sembarangan. Melainkan mencerminkan keputusan pihak manajemen berkaitan dengan kebijakan-kebijakan tertentu: apakah akan menyamai atau melampaui upaya-upaya pemasaran yang dilakukan oleh para pesaing; tingkat pelayanan yang harus diberikan perusahaan kepada konsumen; dan jumlah uang yang akan dikeluarkan dalam aktivitas litbang, perencanaan keuangan, hubungan masyarakat, dan aktivitas-aktivitas lainnya.
Suatu perusahaan mungkin hanya memiliki sedikit staf di kantor pusat, sementara perusahaan lain dengan ukuran yang sama dan di industri yang sama mungkin memiliki jumlah staf 10 kali lebih banyak. Para manajer senior di masing-masing perusahaan bisa saja yakin bahwa keputusan mereka mengenai ukuran staf adalah tepat, tetapi taka da cara yang objektif untuk menilai mana yang benar; kedua keputusan tersebut mungkin sama-sama baik dalam kondisi tersebut, dimana perbedaan dalam ukuran mencerminkan perbedaan-perbedaan yang ada dikedua perusahaan.



Karakteristik Pengendalian Umum
Penyusunan Anggaran
Manajemen membuat keputusan anggaran untuk pusat beban kebijakan yang terpisah darin pusat beban teknik. Selanjutnya, manajemen menentukan apakah
anggaran operasi yang diajukan bisa mencerminkan biaya per unit dari pelaksanaan tugas secara efisien. Yang menjadi perhatian utamanya bukanlah volumenya; karena hal tersebut sebagian besar ditentukan oleh tindakan-tindakan yang diambil oleh pusat tanggung jawab lainnya-misalnya, kemampuan departemen pemasaran untuk meningkatkan penjualan. Pada hakikatnya, pihak manajemen merumuskan anggaran pusat beban kebijakan dengan menentukan besarnya pekerjaan yang harus diselesaikan.
Pekerjaan yang harus dilakukan oleh pusat beban kebijakan terbagi kedalam dua kategori umum: berkesinambungan dan bersifat khusus. Pekerjaan yang berkesinambungan dilakukan secara konsisten dari tahun ke tahun, seperti pembuatan pelaporan keuangan oleh kontroler perusahaan. Sementara pekerjaan khusus adalah proyek “satu langkah”-sebagai contoh, pengembangan dan penyusunan sistem pembuatan anggaran laba dalam sebuah divisi baru.
Pusat perencanaan bagi pusat pengeluaran yang tak direncanakan biasanya dijalankan dalam satu diantara dua cara ini, yaitu: penggaran tambahan atau penilaian berbasis nol.
Anggaran inkremental dalam model ini, ti8ngkat biaya sekarang dari pusat beban kebijakan dipakai sebagai titik awalnya. Jumlah ini disesuaikan dengan tingkat inflasi, perubahan-perubahan beban pekerjaan yang diantisipasi, pekerjaan khusus, dan-jika datanya sudah tersedia-biaya dari berbagai pekerjaan yang dapat di bandingkan dalam unit-unit yang sama.
Tinjauan Berdasarkan Nol (Zero-Base Review) suatu pendekatan pembuatan anggaran yang merupakan alternative adalah membuat analisis menyeluruh dari setiap pusat beban kebijakan pada jadwal yang terus bergulir, sehingga semuanya ditinjau setidaknya sekali setiap lima tahun. Analisi tersebut sebagai tinjauan berdasarkan nol.
Sebaliknya dengan pembuatan anggaran incremental, tinjauan intensif ini mencoba untuk memastikan, dari nol, sumber-sumber yang sebenarnya dibutuhkan untuk melaksanakan setiap aktivitas dalam setiap pusat beban. Analisis ini menerapkan dasar baru lainnya, dititik mana tinjauan atau anggaran tahunan hanya berusaha untuk mempertahankan agar biaya tetap sesuai dengan dasar ini sampai tinjauan berikutnya dilaksanakan, lima tahun kemudian. Diharapkan bahwa biaya akan meningkat secara berangsur-berangsur selama periode tersebut dan hal ini masih ditolerir.
Variasi Biaya
Tidak seperti dalam dipusat beban teknik yang sangat dipengaruhi oleh perubahan volume jangka pendek, biaya dalam pusat beban kebijakan cukup terlindungi dari fluktuasi jangka pendek. Perbedaan ini berawal dari fakta bahwa dalam membuat anggaran untuk pusat beban kebijakan, para manajer cenderung untuk menyetujui perubahan syang terkait dengan perubahan volume penjualan yang diantisipasi-misalnya, mengijinkan untuk menambah tenaga kerja jika volume penjualan bergerak naik, dan untuk mengurangi tenaga kerja jika volume penjualan sedang menurun. Selama masalah tenaga kerja dan segala biaya yang berhungan dengan tenaga kerja merupakan pos terbesar dan pusat beban kebijakan, maka anggaran tahunan untuk pusat beban tersebut akan cenderung untuk memiliki persentase yang tetrap dari anggaran volumepenjualan.
Selanjutnya, setelah seorang manajer pusat beban kebijakan merekrut tambahan  tenaga kerja atau merencanakan untuk melakukan penghentian sementara sesuai dengan anggaran  yang telah disetujui, adalah tidak ekonomis bagi mereka untuk menyesuaikan tenaga kerja terhadap fluktuasi jangka pendek; perekrutan dan pelatihan tenaga kerja untuk kebutuhan jangka pendek sangatlah mahal, dan terkadang pemberhentian tenaga kerja secara temporer sangat melukai perasaan yang bersangkutan.
Jenis Pengendalian Keuangan
Pengendalian keuangan dalam pusat beban kebijakan sangat berbeda dengan pusat beban teknik. Dipusatbeban teknik, sasarannya adalah menjadi kompetitif dalam biaya dengan cara menentukkan standard an mengukur biaya akrual terhadap standar tersebut. Sebaliknya, tujuan utama dari pusat beban kebijakan adalah untuk mengendalaikan biaya dengan mengikut sertakan para manajer guna berperan serta dalam perencanaan, bersama-sama mendiskusikan langkah apa yang diambil, dan tingkat usaha yang bagaimana yang tepat untuk masing-masing. Dengan demikian, dalam pusat beban kebijakan, pengendalian keuangan menjadi pokok yang dibahas pada tahap perencanaan sebelum biaya tersebut terjadi.
Pengukuran Kinerja
Pekerjaan utama bagi seorang manajer pusat beban kebijakan adalah untuk mencapai output yang di inginkan. Membelanjakan suatu  jimlah yang “sesuai dengan anggaran” untuk mengerjakan hal ini dianggap memuaskan; jumlah yang melebihi anggaran merupakan alas an untuk prihatin, sementara jumlah yang kurang dari anggaran akan mengindikasikan bahwa pekerjaan yang direncanakan belum selesai dilaksanakan. Dalam pusat beban kebijakan, sebagai lawan dari pusat beban teknik, laporan keuangan bukan merupakan suatu alat untuk mengevaluasi efisiensi dari seorang manajer.
Jika kedua jenis pusat tanggung jawab tersebut tidak dibedakan, maka manajemen mungkin akan salah memperlakukan laporan kinerja pusat beban kebijakan, sebagai indicator atas evisiensi unit tersebut, sehingga memotifasi pusat beban tersebut untuk membuat keputusan untuk membelanjakan kurang dari jumlah yang dianggarkan, dimana hal ini akhirnya akan menurunkan output. Untuki alas an ini akan tidak bijaksana untuk memberikan penghargaan kepada para eksekutif yang membelanjakan lebih sedikit dari jumlah anggaran.
Pengendalian atas pengeluaran dapat dilaksanakan dengan mengharuskan adanya persetujuan dari para atasan sebelum anggaran dilampaui. Terkadang, persentase tertentu dari kelebihan (katakanlah 5%) dapat diijinkan tanpa perlu persetujuan tambahan. Pengendalian menyeluruh terhadap pusat beban kebijakan dicapai dengan mengukur kinerja nonfinansial. Sebagai contoh, indikasi atau kualitas pelayanan terbaik untuk beberapa pusat beban kebijakan mungkin berupa opini dari para penggunanya.
2.1.4 Pusat Biaya Administrasi dan Pendukung
Pusat biaya administrasi meliputi manajemen senior korporat dan manajemen unit bisnis, serta para manajer unit-unit yang menyediakan layanan kepada pusat tanggung jawab.

Permasalahan dalam Pengendalian
Pengendalian atas beban administrasi cukup sulit dikarenakan (1)masalah-masalah yang ada dalam pengukuran output, dan (2) banyaknya ketidak sesuaian antara cita-cita staf departemen dan cita-cita perusahaan secara keseluruhan.

Kesulitan dalam Pengukuran Output
Beberapa aktivitas para staf, seperti perhitungan gaji, adalah begitu rutin sehingga unit-unit tersebut, pada kenyataannya merupakan pusat beban teknik. Tetapi, dalam aktivitas lainya, output utamanya adalah saran dan layanan yang merupakan fungsi yang tidak mungkin dukualifikasi, maupun dievaluasi. Karena output tidak dapat diukur, tidak mungkin untuk menetapkan standar biaya sebagai tolak ukur untuk pengukuran kinerja keuangan. Dengan demikian, varians anggaran tidak dapat diinterprestasikan sebagai gambaran dari kinerja yang efisien atau tidak efisien. Jika staf keuangan diberi ijin untuk “membangun system manajemen berdasarkan aktivitas”, misalnya perbandingan terhadap biaya actual terhadap biaya yang dianggarkan tidak akan mengidentifikasikan apakah penugas tersebut telah dilaksanakan secara efektif atau tidak, tanpa mempedulikan beban yang terlibat.

Tidak Adanya Kesalarasan Tujuan
Umumnya para manajer Administratif berusaha keras untuk mencapai keunggulan fungsional. Sekilas, keinginan tersebut akan tampak selaras dengan cita-cita perusahaan. Tetapi pada kenyataannya, hal tersebut sebagian besar bergantung pada bagaimana seorang mengidentifikasi keunggulan. Meskipun para staf mungkin ingin mengembangkan system, program atau fungsi yang “ideal”, namun sesuatu yang ideal tersebut mungkin terlalu mahal relative terhadap tambahan laba yang mungkin akan dihasilkan dari kesempurnaan tersebut. Staf yang sempurna, misalnya tidak akan menyetujui perjanjian yang mengandung cacat meskipun kecil; tetapi biaya untuk memilihara staf yang cukup besar untuk menjamin tingkat kepastiaan ini mungkin melebihi potensi kerugian dari cacat kecil. Seburuk-buruknya, usaha untuk mencapai “keunggulan” akan mengarah pada pembangunan suatu kerajaan” atau “melindungi posisi seseorang” tanpa memperhatikan kesejahteraan perusahaan.
Peliknya kedua masalah tersebut-kesulitan dalam mengukur ouput dan kurangnya keselarasan cita-cita- akan langsung berdampak pada ukuran dan kesejahteraan perusahaan. Dalam bisnis kecil dan menengah, manajemen tingkat atas memiliki hubungan yang erat dengan unit stafnya dan dapat menentukan mulai mengoservasi apa yang mereka kerjakan, dan apakah unit tersebut berimbang dengan biayanya. Dan dalam bisnis dengan laba kecil, tanpa memandang ukurannya, beban kebijakan selalu dikendalikan secara ketat. Tetapi, dalam bisnis yang besar, manajemen senior tidak dapat mengetahui, maupun mengevaluasi, aktivitas dari semua stafnya; dan jika perusahaan tersebut cukup menguntungkan, ada godaan untuk menyetujui permintaan staf untuk selalu menambah anggaran.
Pusat pendukung selalu membebankan pusat tanggung jawab lain atas layanan yang disediakan. Misalnya departemen manajemen informasi akan membebankan departemen lain atas layanan komputerisasi. Pusat tanggung jawab ini merupakan pusat yang menguntungkan.

Penyusunan Anggaran
Anggaran yang diajukan untuk pusat administrative maupun pusat pendukung biasanya terdiri dari suatu daftar pos-pos beban, dengan usulan anggaran dibandingkan dengan seluruh beban actual pada tahun berjalan. Beberapa perusahaan memintah penyajian yang lebih terperinci, yang mencakup sebagaian atau semua kompunen dibawah ini:
Bagian yang membahas biaya pokok dari suatu pusat administrative atau pendukung tersebut termaksud biaya untuk “tetap berada dalam bisnis (being in business)” ditambah biaya-biaya untuk aktivitas-aktivitas yang secara intrinsic diperlukan untuk mana keputusan manajemen tidak di perlukan.
Bagian yang membahas aktivitas kebijakan dari pusat administrative atau pendukung tersebut, termaksud diskritif dari tujuan biaya dan estimasi biaya dari setiap tujuan.
Bagian yang menjelaskan semua pengajuan penambahan dalm anggaran di luar inflasi.
Bagian tambahan tersebut sangat berguna jika anggaran bernilai besar dan/atau manajemen ingin menentukan tingkat yang sesuai untuk aktivitas pusat. Dalam kondisi lannya, jumlah rincian bergantung pada penting tidaknya pengeluaran tersebut dan keinginan manajemen.

2.1.5 Pusat Penelitian dan Pengembangan
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Pengedalian terhadap pusat penelitian dan pengembangan akan menyajikan kesulitan tersendiri, terutama, kesulitan dalam menghubungkan hasil yang diperoleh dengan input dan kurangannya keselarasan cita-cita.

Kesulitan dalam Menghubungkan Hasil yang Diperoleh dengan Input
Hasil dari aktivitas penelitian dan pengembangan sangat sulit diukur kualitasnya. Beberapa dengan aktivitas administrasi, aktivitas litbang biasanya mempunyai hasil setengah berwujud dalam bentuk paten, produk-produk baru atau proses baru. Tetapi kaitan antara output dengan input sebagai sukar untuk dinilai per tahun karena “produk” akhir dari litbang biasa melibatkan usaha selama bertahun-tahun. Oleh karena itu, input yang dicantumkan dalam anggaran tahunan biasa jadi tidak  memiliki kaitan apapun dengan output. Dan bahkan ketika evaluasi tersebut dapat dilakukan, sifat teknis dari litbang bisa saja menggagalkan usaha manajemen untuk mengukur efisiensi. Suatu upaya yang cermelang mungkin bisa mengatasi hambatan-hambatan yang tak teratasi, sementara upaya-upaya yang bersifat pas-pasan, mungkin jika beruntung menghasilkan sumber keuntungan.
Tidak Adanya Keselarasan Cita-cita
Masalah keselarasan cita-cita dipusat libang memiliki kemiripan masalah sama yang terjadi di pusat administrative. Manajer penelitian pada hakikatnya ingin membangun organisasi penelitian yang terbaik, meskipun barangkali lebih mahal dari apa yang bisa didanai oleh perusahaan. Masalah selanjutnya adalah bahwa orang-orang yang bekerja dibidang penelitian sering tidak mempunyai pengetahuan yang memadai (atau tertarik) mengenai bisnis untuk menentukan arah kebijakan dalam sector penelitian secara optimal.

Rangkaian Kesatuaan Penelitian dan Pengembangan
Aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh organisasi litbang merupakan satu kesatuan rangkaian, dimana penelitian dasar merupakan titik awal, sementara itu pengujian produk merupakan titik akhir. Penelitian dasar memiliki dua ciri: (1) tidak terencana, dimana pihak manajemen hanya membuat keputusan secara umum mengenai bagian yang harus dieksplorasi; dan (2) seringkali ada tenggang waktu yang lama antara dimulainya penelitian dengan pengenalan produk baru yang berhasil.
Karena system pengendalian keuangan memiliki sedikit nilai dalam mengelola aktivitas-aktivitas penelitian dasar, maka prosedur-prosedur alternative sering diterapkan. Disejumlah perusahaan, penelitian dasar dimasukkan sebagai jumlah total dari program penelitian dan anggarannya. Diperusahaan lain, tidak ada dana khusus untuk penelitian-penelitian dasar semacm itu, namun ada saling pengertian bahwa para ilmuwan dan insinyur dapat menggunakan sebagian waktu mereka (15% atau satu hari dalam seminggu) untuk mengeksplorasi semua kemungkinan yang dianggap paling menarik, hanya dengan kesepakan informal dengan para pengawas mereka.
Akan tetapi untuk proyek-proyek yang melibatkan pengujian produk, adalah mungkin untuk memperkirankan waktu dan kebutuhan keuangan-mungkin tidak setepat untuk aktivitas produksi, namun dengan akurasi yang memadai untuk memungkinkan penbadingan antara jumlah yang dianggarkan dengan jumlah actual yang terpakai secara wajar.
Begitu sebuah proyek bergerak dalam satu rangkaian kesatuan-dari penelitian dasar menuju penalitian terapan, ke pengembangan, ke rekayasa produksi, dan pengujian-maka jumlah uang yang dihabiskan akan meningkatkan secara substansial. Oleh karena itu, jika mulai tampak bahwa proyek tersebut pada akhirnya tidak akan menguntungkan (sebagaimana diperkirakan bahwa sekitar 90%  kasus/proyek dianggap kurang menguntungkan), maka aktivitas tersebut harus segera dihentikan. Akan tetapi, sulit untuk membuat keputusan-keputusan itu pada tahap-tahap awal, karena para sponsor proyek biasanya menguraikan kemajuan kerja mereka dalam konteks yang menguntungkan. Dalam jumlah kasus, kegagalab baru bisa diketahui setelah produk terlempar ke pasar.

Program Litbang
Tidak ada cara ilmiah untuk menentukan skala optimum dari anggaran litbang. Perusahaan sekadar menggunakan presentasi dari penghasilan rata-rata sebagai dasar (angka rata-rata dan bukan presentasidari pendapatan tertentu di tahun tertentu karena skala operasi litbang tidak seharusnya dipengaruhi oleh pergerakan pendapatan jangka pendek). Presentasi tertentu yang digunakan sebagaian ditentukan oleh perbandingan dengan pengeluaran litbang perusahaan saingan dan sebagaian lagi oleh riwayat pengeluaran litbang perusahaan itu sendiri. Bergantung pada situasi, factor-faktor lain juga ikut memainkan peranan: misalnya, manajemen senior mungkin menyetujui kenaikan anggaran yang cepat dan besar-besaran jika terlihat telah (akan) ada terobosan baru yang signifikan.
Program litbang sendiri dari serangkaian program ditambah kelonggaran untuk pekerjaan yang tidak direncanakan. Hal tersebut biasanya ditinjau setiap tahunnya oleh manajemen senior. Tinjauan ini sering dilakukan oleh komite penelitian yang terdiri dari CEO, direktur penelitian serata para manajer produksi dan pemasaran (pihak yang terakhir ini dibatalkan karena merekalah yang akan menggunakan output dari proyek-proyek penelitian yang sukses). Komite ini membuat keputusan yang luas mengenai proyek-proyek yang akan dikerjakan, mana yang akan diperluas, mana yang akan dipangkas atau dihentikan. Tentu saja keputusan-keputusan ini bersifat subjektif, namun berada pada batas-batas kebijakan yang sudah ditetapkan atas total pengeluaran penelitian. Dengan demikian, program penelitian ditentukan bukan dengan cara menghitung seluruh jumlah dari proyek yang disetujui, namun dengan cara membagi “kue penelitian” menjadi irisan-irisan yang tampaknya pling bernilai.

Anggaran Tahunan
Jika suatu perusahaan telah memutuskan suatu program litbang berjangka panjang dan telah menjalankan program ini dengan sitem persetujuan proyek, maka upaya untuk menyusun anggaran litbang per tahun akan menjadi persoalan yang sederhana, dengan melibatkan “kalenderisasi” atas pengeluaran yang diperkirakan selama periode anggaran. Jika anggaran yang disusun sesuai dengan rencana strategis perusahaan (sebagaimana seharusnya), maka persetujuaan atas proyek merupakan suatu yang rutinp-semata-mata membantu dalam perencanaan kas dan pegawai. Penyusunan anggaran akan memungkinkan manajemen untuk melihat proyek litbang tersebut dengan sebuah pertanyaan; “dengan apa yang kita ketahui sekarang ini, apakah ini merupakan cara yang terbaik untuk sumber daya yang kita miliki pada tahun depan?” proses penyusunan anggaran tahunan juga menjamin anggaran actual tidak melebihi jumlah yang dianggarkan tanpa sepengetahuaan manajemen. Varians yang penting dari anggaran harus disetujui oleh pihak manajemen sebelum terjadi.

Pengukuran Kinerja
Secara regular biasanya per bulan atau per kuartal, hampir semua perusahaan membandingkan pengeluaran actual dengan pengeluaran yang dianggarkan dari semua pusat tanggung jawab dan seluruh proyek yang dijalankan. Perbandingan ini kemudiaan dirangkum untuk dilaporkan kepada manajer dengan seproggresif mungkin guna membantu para manajer di pusat tanggung jawab dalam merencanakan pengeluaran mereka dan untuk meyakinkan para atasan mereka bahwa pengeluaran-pengeluaran tersebut masih dalam batas-batas yang disepakati.
Dibanyak perusahaan, manajemen merima dua jenis laporan mengenai kegiata-kegiatan litbang. Jenis laporan yang pertama membandingkan prediksi terakhir mengenai total biaya dengan jumlah yang disetujui untuk masing-masing proyek. Laporan tersebut dibuat secara berkala bagi para eksekutif yang mengendalikan pengeluaran untuk kegiatan penelitian, guna membuat mereka dalam memutuskan apakah perlu ada perubahan dalam daftar proyek yang disepakati. Jenis laporan keuangan yang ke dua terdiri dari perbandingan antara pengeluaran yang dianggarkan dengan pengeluaran actual di masing-masing pusat tanggung jawab. Tujuannya adalah untuk membantu para eksekutif penelitiaan untuk mengantisipasi pengeluaran dan untuk memastikan bahwa komitmen pengeluaran tersebut dipenuhi. Kedua jenis pelaporan tersebut tidak memberikan informasi mengenai efektivitas dari kegiatan penelitiaan dari manajemen. Informasi semacam itu disediakan secara resmi mulai laporan perkembangan (progress report), yang menjadi salah satu dasar bagi manajemen untuk melakukan penelian tentang efektivitas proyek yang ada. Akan tetapi; penting untuk dicatat perangkat utam yang digunakan dalam mengevaluasi efektivitas proyek adalah diskusi tatap muka.
2.1.6 Pusat Pemasaran
Dibanyak perusahaan, dua jenis aktivitas yang sangat berbeda dikelompokkan dibawah pusat pemasaran, dengan pengendalian yang berbeda satu sama lain. Satu kelompok aktivitas kelompok aktivitas berkaitan dengan pemenuhan pasokan. Aktivitas ini disebut sebagai aktivitas pemenuhan pesanan atau pesanan logistic. Kelompok-kelompok aktivitas lainya berkaitan dengan upaya-upaya untuk mendapatkan pesanan dan tentu saja, berlangsung sebelum satu pesanan diterima. Hal tersebut merupakan aktivitas pemasaran yang sesunggunya dan kadang-kadang disebut aktivitas pemasaran, atau disebut aktivitas pencairan pesanan.



Aktivitas Logistik
Aktivitas-aktivitas logistic adalah aktivitas-aktivitas yang terlibat dalam memindahkan barang dari perusahaan ke pelanggan dan mengumpulkan piutang yang jatuh tempo dari para pelanggannya. Aktivitas-aktivitas ini mencakup transportasi ke pusat distribusi, pergudangan, pengapalan dan pengiriman. Pengajuan rekening dan aktivitas yang terkait dengan fungsi kredit dan penagihan piutang. Pusat tanggung jawab yang menjalankan fungsi-fungsi tersebut secara mendasar serupa dengan pusat beban di pabrik. Banyak yang merupakan pusat beban teknik yang dapat dikendalikan melalui penerapan standard an menyesuaikan anggaran untuk mencerminkan biaya-biaya ini pada berbagai tingkatan volume.
Hampir disemua perusahaan, pekerjaan-pekerjaan dokumen yang meliputi aktivitas-aktivitas logistic dan penagihan piutang sekarang bisa ditentukan secara cepat dan dengan biaya rendah melalui internet.

Aktivitas Pemasaran
Aktivitas-aktivitas pemasaran adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh pesanan. Aktivitas-aktivitas ini meliputi uji pemasaran; pembentukan, pelatihan, dan pengawasan terhadap tenaga penjualan (sale force); periklanan dan proporsi penjualan-yang seluruhnya memiliki karakteristi-karakteristik yang menimbulkan permasalahan pengendalian manajemen.
Walaupun dimungkinkan untuk mengukur output organisasi pemasaran; tetapi aktivitas untuk mengevaluasi efektivitas upaya pemasaran ternyata jauh lebih sulit. Hal ini disebabkan karena perubahan dalam factor diluar kendali departemen pemasaran (seperti, kondisi ekonomi dan tindakan-tindakan para pesaing) meyebabkan melesetnya asumsi-asumsi yang menjadi dasar dari anggaran penjualan.
Dalam kasus apa pun, pemenuhan komitmen anggaran untuk beban pemasaran bukanlah kriteri utama dalam proses evaluasi, karena dampak dari volume penjualan terhadap laba cenderung menutupi kjnerja biaya. Jika suatu kelompok pemasaran menjual sebanyak dua kali lipat dari kuotanya, pihak manajemen tidak akan terlalu memperdulikan jika kelompok tersebut melebihi biaya yang dianggarkan sebanyak 10% dalam merealisasikan penjualan tersebut. Target penjualan, dan bukannya target biaya menjadi factor yang penting.
Teknik-teknik pengendalian yang bisa diterapkan terhadap aktivitas-aktivitas logistik ini secara umum tidak dapat diterapkan terhadap aktivitas-aktivitas pemasaran. Kegagalan dalam melihat fakta ini dapat mengarah pada keputusan-keputusan yang tidak tepat. Misalnya saja seringkali terdapat korelasi yang wajar antara volume penjualan dengan tingkat beban proporsi penjualan untuk iklan. Artinya adalah bahwa beban penjualan bervariasi terhadap volume penjualan, tetapi kesimpulan yang demikian adalah salah. Anggaran fleksibel yang disesuaikan terhadap perubahan volume penjualan tidak dapat dipergunakan untuk mengendalikan biaya penjualan yang menjadi sebelum penjualan terlaksana. Baik anggaran periklanan atau pun anggaran promosi penjualan sebaiknya tidak disesuaikan untuk mengakomodasi perubahan-perubahan volume penjualan jangka pendek. Sebagimana ditunjukkan sebelumnya, banyak perusahaan menganggarkan beban pemasaran sebagai presentase dari penjualan yang dianggarkan, tetapi gal tersebut dilakukan bukan karena volume penjulan mengakibatkan munculnya beban pemasaran, namun lebih berdasarkan keyakinan bahwa semakin tinggi volume penjualan, maka semakin banyak yang dapat dikeluarkan oleh perusahaan itu untuk periklanan.
Secara ringkas terdapat tiga jenis aktivitas dalam organisasi pemasaran dan sebagai konsukuensinya, terdapat tiga jenis ukuran aktivitas. Pertama, ada aktivitas logistic, yang banyak dari biayanya merupakan beban teknik. Kedua, ada penciptaan pendapatan, yang biasanya dievaluasi dengan cara membandingkan antara pendapatan dengan kualitas fisik actual yang dijual baik dengan pendapatan dan unit yang dianggarkan. Ketiga, biaya pencairan pesanan yang merupakan beban kebijakan, kare tidak seorang pun tau berapa persisnya jumlah optimal yang harus dikeluarkan. Konsukensinya, ukuran efisiensi dan efektivitas untuk biaya-biaya tersebut sangat subjektif.
BAB III
 PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Maka dapat disimpulkan bahwa, pusat tanggung jawab merupakan organisasi yang di pimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab terhadap aktivitas yang di lakukan. Pada hakikatnya, perusahaan merupakan sekumpulan pusat-pusat tanggung jawab, yang masing-masing di wakili oleh sebuah kotak dalam bagan organisasi pusat-pusat tanggung jawab tersebut kemudian membentuk suatu hierarki. Pada tingkatan terendah adalah pusat untuk seksi-seksi, pergesaran kerja (workshift) dan unit organisasi kecil lainnya.departemen bisnis yang memiliki beberapa unit organisasi yang lebih kecil menduduki posisi yang lebih tinggi dalam hierarki.
Ada empat jenis pusat tanggung jawab, digolongkan menurut sifat input dan atau output moneter yang diukur untuk tujuan pengendalian : pusat pendapatan, pusat beban, pusat laba, dan pusat investasi.
Masing-masing pusat tanggungjawab tersebut membutuhkan perencanaan dan sistem pengendalian yang berbeda. Ditinjau dari ringkas perencanaan dan teknik-teknik pengendalian yang digunakan di pusat pendapatan, dan kemudian beralih ke diskusi yang lebih luas mengenai teknik-teknik yang digunakan dalam pusat beban.

Baca juga : http://wsuminar.blogspot.com/2020/02/5-standar-akuntansi.html








December 29, 2017

thumbnail

Akuntansi Perbankan

AKUNTANSI SUMBER DANA

1.  GIRO
DEFINISI
       Simpanan dari pihak ketiga kepada bank yang penarikannya dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, surat perintah pembayaran lainnya atau dengan pemindah bukuan

TRANSAKSI GIRO
       Dapat dilakukan dari peristiwa setoran nasabah baik tunai maupun kliring, setoran dari transfer, pemindahbukuan karena kliring atau transfer, penarikan tunai atau kliring penambahan karena jasa giro dan bunga dsb.

TRANSAKSI PEMBUKAAN REKENING GIRO DAN PENYETORAN

·              SETORAN TUNAI        
Ny. Diony calon nasabah Bank DKI ingin membuka rekening giro pada Cabang Jakarta dengan melakukan setoran tunai sebagai setoran awal rekening gironya sebesar Rp 100.000.000,00 dan biaya administrasi untuk buku cek sebesar Rp 50.000,00

       D: Kas                                                          Rp.  100.050.000,00
       K:Giro Ny. Diony                                         Rp.  100.000.000,00
       K:Persediaan buku cek                                       Rp.           50.000,00

·              SETORAN KLIRING
       Ny. Diony menyerahkan cek giro Bank  BNI  sebesar  Rp 10.000.000,00 untuk disetorkan pada rekening gironya di Bank DKI.

       D: Bank Indonesia         -giro                               Rp 10.000.000,00
       K: Warkat Kliring                                         Rp 10.000.000,00

       Pada waktu kliring berhasil

          D: Warkat Kliring                                       Rp.  10.000.000,00
K: Giro Ny. Diony                                      Rp.  10.000.000,00

·          PENYETORAN MELALUI TRANSFER
       Ny. Diony menerima transfer dari Ibu Endang nasabah Bank BCA sebesar Rp 5.000.000,00

       D: Giro BCA                                                 Rp 5.000.000,00
       K: Giro Ny. Diony                                        Rp 5.000.000,00

PENARIKAN GIRO

·        PENARIKAN TUNAI
       Ny. Diony menarik selembar cek untuk dibayarkan secara tunai oleh Bank DKI sebesar Rp 15.000.000,00

       D : Giro Ny. Diony                                       Rp.  15.000.000,00
       K : Kas                                                         Rp.  15.000.000,00

·        PENARIKAN KLIRING
       Ny. Diony menerbitkan cek sebesar Rp 4.000.000,00 diberikan kepada temannya Nn. Early seorang nasabah Bank Permata

       D : Giro Ny. Diony                                       Rp 4.000.000,00
       K :  Bank Indonesia - giro                           Rp 4.000.000,00

·        PENARIKAN DENGAN AMANAT
       Ny. Diony memerintahkan Bank DKI untuk mendebet rekening gironya sebesar Rp 2.000.000,00 untuk dipindahbukukan ke dalam rekening Ny. Ira pada Bank DKI Cabang Depok.

       D : Giro Ny. Diony                                       Rp 2.000.000,00
       K : RAK * Cabang Jakarta                         Rp 2.000.000,00
*) Rekening Antar Kantor

JASA GIRO

v DASAR PERHITUNGAN JASA GIRO
       Saldo Terendah
       Saldo Rata-rata
       Saldo Harian
       Saldo Mengambang

v PENDAPATAN JASA GIRO
Ny. Diony dalam Bulan September 2006 memperoleh jasa giro sebesar Rp 500.000,00

D : Jasa Giro                                             Rp 500.000,00
K : Giro Ny. Diony                                     Rp 500.000,00


2. TABUNGAN

DEFINISI
       Simpanan masyarakat yang penarikannya dapat dilakukan oleh si penabung sewaktu-waktu dikehendaki.

 PEMBUKAAN DAN PENYETORAN TABUNGAN

·        SETORAN TUNAI

Ny. Endang pada tanggal 1 September 2006 hendak membuka tabungan di Bank DKI Cabang Jakarta. Setoran pertamanya         Rp 500.000 tunai

       D : Kas                                                         Rp   500.000,00
       K : Tabungan Ny. Endang                         Rp   500.000,00

Pada tanggal 4 September 2006, Ny. Endang kembali menyetor untuk rekening tabungannya dengan menyerahkan selembar cek Rp 4.500.000,00 dari Ny. Ira nasabah Bank DKI Jakarta. Pada hari yang sama ia juga mendapat transfer  dari rekannya melalui Bank DKI Cabang Kalimalang sebesar Rp 7.000.000   

       D : Giro Ny. Ira                                            Rp   4.500.000,00
       D : RAK Cabang Kalimalang                     Rp   7.000.000,00
       K : Tabungan Ny. Endang                         Rp 11.500.000,00

·        PENYETORAN ANTAR CABANG
      
Ny Endang melakukan setoran dari Bank DKI Cabang Salemba sebesar Rp. 500.000

       D : RAK Cab. Salemba                             Rp     500.000,00
       K : Tabungan Ny. Endang                         Rp     500.000,00

·        PENARIKAN TUNAI

       Ny. Endang menarik dana tabungannya secara tunai di Bank DKI Jakarta sebesar Rp 200.000,00

       D : Tabungan Ny. Endang                         Rp 200.000,00
       K : Kas                                                         Rp 200.000,00
·        PENARIKAN  MELALUI ATM
       Ny. Endang menarik dananya melalui ATM sebesar Rp. 100.000,-

       D : Tabungan Ny. Endang               Rp.    100.000,00
       K : Kas ATM                                                Rp.    100.000,00

·        PENARIKAN ANTAR CABANG – Reciprocal Account
      
Ny. Endang menarik rekening tabunggannya di Bank DKI Cabang Kelapa Dua sebesar Rp 1.500.000,00 tunai.

       Pencatatan pada Cabang Kelapa Dua :
D : RAK Cabang Jakarta                  Rp 1.500.000,00
K : Kas                                                Rp 1.500.000,00

       Pencatatan pada Cabang Jakarta (penerbit)
       D : Tabungan Ny. Endang               Rp 1.500.000,00
       K : RAK Cabang Kelapa Dua          Rp 1.500.000,00

PERHITUNGAN BUNGA

Ny. Endang pada Bulan September 2006 mendapatkan bunga tabungan sebesar Rp 100.000,00

D : Biaya bunga tabungan               Rp 100.000,00
K : Tabungan Ny. Endang               Rp 100.000,00


PENUTUPAN REKENING
     Penutupan rekening nasabah harus dilakukan pada cabang penerbit.

     Ny. Endang pada Bulan Oktober 2006 mengambil seluruh dananya sebesar Rp 10.800.000,00 dan sekaligus menutup rekening tabungannya
            
D : Tabungan Ny. Endang                           Rp 10.800.000,00
K : Kas                                                  Rp 10.800.000,00


2.1. TABUNGAN KARTU SMART

DEFINISI
       Tabungan yang mempunyai kartu dimana pada kartu tabungan tersebut diberikan suatu processor (chips) untuk menyimpan data transaksi nasabah.

MANFAAT
         Alat pembayaran di toko-toko (Point  of Sale)  
         Alat untuk memperoleh diskon
         Pengganti uang tunai


PENGOPERASIAN TABUNGAN SMART SECARA ON-LINE

·              PEMBUKAAN DAN PENYETORAN
       Nn. Early membuka rekening Tabungan Kartu Smart secara tunai dengan setoran awal Rp 1.000.000,00 dan  beban kartu sebesar    Rp 15.000,00

       D : Kas                                                         Rp 1.015.000,00
       K : Tabungan Nn. Early                             Rp 1.000.000,00
       K : Persediaan Kartu Tabungan               Rp      15.000,00

Pada saat kartu diberikan ke nasabah, chips sudah mencatat nilai sebesar Rp 1.000.000,00

·     PENGGUNAAN KARTU SMART PADA MERCHANT

       Nn. Early berbelanja di salah satu pusat perbelanjaan yang menerima Kartu Smart dari bank bersangkutan sebesar                  Rp 300.000,00

       D : Tabungan Nn. Early                             Rp 300.000,00
       K : Giro Merchant                                        Rp 300.000,00


PENGOPERASIAN TABUNGAN SMART SECARA OFF-LINE

·              PEMBUKAAN DAN PENYETORAN
       Nn. Early membuka rekening Tabungan Kartu Smart secara tunai dengan setoran awal Rp 1.000.000,00 dan  beban kartu sebesar    Rp 15.000,00
       D : Kas                                                         Rp 1.015.000,00
       K : Tabungan Nn. Early                             Rp 1.000.000,00
       K : Persediaan Kartu Tabungan               Rp      15.000,00
Pada saat kartu diberikan ke nasabah, chips belum mencatat nilai sebesar Rp 1.000.000,00, untuk itu harus dilakukan proses download terlebih dahulu.

·        TRANSAKSI DOWNLOAD KEDALAM CHIPS
       Nn. Early melakukan proses download kedalam chips sebesar      Rp 400.000,00

       D : Tabungan Nn. Early                    Rp 400.000,00
       K : Tabungan Kartu Chips               Rp 400.000,00

Rekening Tabungan dalam pembukuan bank tetap berjumlah        Rp 1.000.000,00 terpecah pada rekening semula Rp 600.000,00 dan pada kartu chips Rp 400.000,00

·        PENGGUNAAN KARTU SMART PADA MERCHANT
       Nn. Early berbelanja di salah satu pusat perbelanjaan yang menerima Kartu Smart dari bank bersangkutan sebesar  Rp 300.000,00

       D : Tabungan Kartu Chips               Rp 300.000,00
       K : Giro Merchant                              Rp 300.000,00

Rekening Tabungan dalam pembukuan bank  kini berjumlah          Rp 700.000,00 terpecah pada rekening semula Rp 600.000,00 dan pada kartu chips Rp 100.000,00



PENARIKAN TUNAI MELALUI ATM

·        TARIK TUNAI DENGAN CHIPS
       Nn. Early menarik uang tunai melalui ATM dari Chips sebesar        Rp 50.000,00

       D : Tabungan Kartu Chips               Rp 50.000,00
       K : Kas                                                Rp 50.000,00

·        TARIK TUNAI DENGAN MAGNETIC STRIPE (MS)
       Nn. Early menarik uang tunai melalui ATM dengan MS sebesar     Rp 50.000,00

        D : Tabungan Nn. Early                            Rp 50.000,00
        K : Kas                                               Rp 50.000,00



3.  DEPOSITO

DEFINISI
       Simpanan masyarakat yang penarikannya dapat dilakukan setelah jangka waktu yang telah disetujui berakhir.

TRANSAKSI DEPOSITO
       Ny. Ira melakukan setoran tunai untuk pembukaan rekening Deposito berjangka 6 bulan sebesar Rp 20.000.000,-

       D : Kas                                               Rp.  20.000.000,00
       K : Deposito 6 bulan Ny Ira              Rp.  20.000.000,00

PERHITUNGAN BUNGA DEPOSITO
         Bank akan memberikan bunga 12% pa dengan perhitungan                  ( 20.000.000 x  12% ) / 12 bulan maka bunga yang akan diterima adalah Rp 200.000 per bulan

       D : Biaya Bunga Depo                     Rp.   200.000,00
       K : Bunga YMH dibayar Depo         Rp.   200.000,00

         Pada saat bunga di ambil tunai

       D : Bunga YMH dibayar Depo                   Rp.   200.000,00         
       K : Kas                                                Rp.   200.000,00

Atau…

       Pada saat bunga dipindahkan ke rekening tabungan
       D : Bunga YMH dibayar Depo                   Rp.   200.000,00         
       K : Tabungan Ny Ira                         Rp.   200.000,00

PENCAIRAN DEPOSITO  YANG BELUM JATUH WAKTU

       Ny. Diony mempunyai deposito Rp 50.000.000,- bunga 19 % pa untuk jangka 1 tahun, ternyata hendak dicairkan setelah jatuh tempo bulan ke 3, maka Ny. Diony akan di kenakan penalty Rp. 625.000,-

       D : Deposito Ny. Diony                     Rp.   50.000.000,00
       K : Pendapatan op lain-lain              Rp.        625.000,00
       K : Kas                                                Rp.   49.375.000,00

4.  TRAVELLER’S CHEQUES

DEFINISI
       Warkat berharga atas nama yang diterbitkan oleh suatu bank yang pencairannya dapat dilakukan kapan saja, dimana saja, dan hanya oleh orang yang memiliki dan namanya tercantum diatas TC tersebut. TC merupakan sumber dana yang paling murah atau tidak berbunga.

·        PENERBITAN TC
       Nn. Early nasabah Bank Muamalat  Jakarta hendak membeli Traveller’s cheques atas beban rekening gironya, sebanyak 20 lembar @ Rp 100.000,00

       D : Giro Nn. Early                              Rp.  2.000.000,00
K : TC – Rupiah                                 Rp.  2.000.000,00

         PENCAIRAN TC
Nn. Early mencairkan TC pada Bank Muamalat Cabang Padang sebanyak 3 lembar secara tunai

Pada Cab. Padang                                   
D : RAK- Jakarta                               Rp 300.000,00            
K : Kas                                                Rp 300.000,00            
 
Pada Cab. Jakarta      
D : TC – Rupiah                                Rp 300.000,00  
K : RAK – Padang                                      Rp 300.000,00            

         PENJUALAN TC OLEH AGEN
       Penjualan kepada agen, Bank akan memberikan potongan yang akan dibebankan kepada Biaya Komisi.

       D : Kas                                               Rp.  3.000.000,00
       K : Biaya komisi                                 Rp.       60.000,00
       K : TC – Rupiah                                 Rp.  2.940.000,00

5. REKENING TITIPAN – PAYMENT POINT

DEFINISI
       Pembayaran dari masyarakat yang ditujukan untuk keuntungan pihak tertentu seperti, rekening listrik PLN, rekening telepon dari Telkom, uang sekolah suatu Universitas, pajak televisi dsb.

         Bank Bukopin Senen menerima sebundel rekening tagihan listrik PLN bernilai Rp 30.000.000,00 untuk tagihan pelanggan periode September 20XX

       K : Rek. Adm Rupiah
          Warkat Rek. PLN yang Diterima………..Rp 30.000.000,00

         Pada akhir hari jumlah pembayaran pelanggan PLN yang diterima mencapai jumlah sebesar Rp 5.000.000,00 diterima secara tunai

       D : Rek. Adm Rupiah
          Warkat Rek. PLN yang Diterima………..Rp 5.000.000,00

       D : Kas                                                         Rp 5.000.000,00
       K : Giro – Rekening PLN                            Rp 5.000.000,00




6.  DANA SETORAN NAIK HAJI

         Nn. Early  menyetorkan dana ongkos haji sebesar Rp 15.000.000,00 tunai di Bank Muamalat. Setoran tersebut ditujukan untuk keuntungan rekening giro C.V Padang Arafah sebagai pengelola haji

       D : Kas                                                         Rp 15.000.000,00
       K : Dana Setoran Naik Haji                        Rp 15.000.000,00

       D : Dana Setoran Naik Haji                        Rp 15.000.000,00
       K : Giro CV Arafat                                       Rp 15.000.000,00

         Ny. Endang membuka rekening tabungan haji di Bank BNI Syariah sebesar Rp 500.000,00

       D : Kas                                                         Rp 500.000,00
       K : Tabungan Naik Haji Ny. Endang                  Rp 500.000,00

         Ny. Endang yang telah memiliki tabungan naik haji sebesar Rp 30.000.000,00 datang hendak mencairkan dan menyetor dana tersebut kepada C.V Padang Masyar, pengelola perjalanan haji

D : Tabungan Naik Haji Ny. Endang                  Rp 30.000.000,00
       K : Giro C.V Padang Masyar                     Rp 30.000.000,00

Akuntansi :  SURAT BERHARGA YANG DITERBITKAN

Akuntansi untuk Penerbitan SBPU dapat dibedakan antara penerbitan, penjualan dan pelunasan SBPU. Rekening SBPU yang diterbitkan merupakan rekning hutang atau dana bank yang selalu bersaldo kredit sepanjang surat berharga masih outstanding.

Penerbitan

Seorang nasabah Bank Omega membuat surat pngakuan hutangatas pinjaman yang telah diterima sebesar Rp 80 juta beserta bunga Rp 20 jutaatau secara keseluruhan sebesar Rp 100 juta dengan suku bunga 14% setahun jangka waktu 6 bulan, kemudian pada hari yang sama dijual oleh Bank Omega ke BI dan dibebankan diskonto 13.5% setahun.

Oleh Bank Omega transaksi ini akan dicatat

D : Surat berharga                                                                Rp 100.000.000
K : Debitur                                                                              Rp   80.000.000
K : Pendapatan Bunga Debitur yang diterima dimuka      Rp   20.000.000

SBPU dijual ke BI diskonto 13.5%/tahun: (Penjualan)

D : BI – Giro                                                                           Rp   93.250.000
D : Diskonto SBPU yan belum diamortisasi                       Rp     6.750.000
K : Surat berharga – SBPU                                                  Rp 100.000.000

Diskonto SBPU tersebut akan dialokasikan setiap bulannya kedalam rekening biaya dengan jurnal sbb:

D: Biaya diskonto SBPU                                             Rp 1.250.000
K: Diskonto SBPU Yang belum diamortisasi            Rp 1.250.000

Pelunasan

Pada saat jatuh tempo setelah amortisasi diskonto bulan terakhir dan SBPU dilunasi oleh Bank Omega dan oleh nasabah yang menerbitkan surat pengakuan hutang tersebut , oleh Bank Omega dicatat sbb:

D :     Surat berharga –SBPU                                               Rp 100.000.000
D :     Kas/Giro Nasabah                                             Rp 100.000.000
K :     Surat berharga                                                   Rp 100.000.000
K :     BI-Giro                                                                 Rp 100.000.000
8.  PINJAMAN YANG DITERIMA (YDT)

         PINJAMAN DARI BANK LAIN
       Bank Gunadarma memutuskan untuk meminjam dana dari Bank DKI sebesar Rp. 3 milyar dengan jangka waktu  5 tahun. Suku bunga yang dikenakan oleh Bank DKI adalah 15% pa dan dana yang diterima oleh Bank Gunadarma akan di simpan dalam bentuk Giro pada Bank DKI .

       D : Bank Lain – Giro                          Rp.  3.000.000.000.00
       K : Pinj YDT – Bank                         Rp.  3.000.000.000,00

       Pembayaran bunga pinjaman akan dikurangi langsung dari Giro Bank Gunadarma di Bank DKI senilai bunga yang harus dibayar oleh pihak Bank Gunadarma

       D : Biaya bunga (Pinj-bank)             Rp.  45.000.000,00
       K : Bank Lain – Giro (Aktiva)            Rp.  45.000.000,00

         TWO STEP LOAN
       Pinjaman yang diterima dari suatu lembaga di luar negeri yang disalurkan melalui pemerintah sebelum diterima oleh bank pelaksana.

       Bank Gunadarma mendapat pinjaman melalui pemerintah RI dari Bank of Japan sebesar Rp 12 Milyar

       D : Bank Indonesia – Giro                          Rp 12.000.000.000,00
       K : Pinjaman yang Diterima – TSL            Rp 12.000.000.000,00

         TRANSAKSI OBLIGASI 
       Bank Gunadarma menerbitkan 100 lembar obligasi dengan @ Rp. 1.000.000,- suku bunga 12%pa.

       D : Kas                                                         Rp. 100.000.000,00
       K : Hutang obligasi                                     Rp. 100.000.000,00

       Setiap tanggal jatuh bunga tiap bulan, Bank Gunadarma harus menyisihkan bunga sebesar 1% atau 1 juta dan ditempatkan pada rekening titipan sampai pemegang obligasi menjual kembali kepada bank.

       D : Biaya Bunga Obligasi                           Rp.   1.000.000,00
       K : Hutang bunga obligasi                         Rp.   1.000.000,00

Bila Tn Dennis pemegang obligasi, yang juga nasabah Bank Gunadarma Pusat hendak mencairkan 10 lembar obligasinya setelah melewati tanggal jatuh bunga maka jurnalnya adalah .

       D : Hutang Bunga Obligasi                        Rp.    1.000.000,00
       D : Hutang Obligasi                                    Rp.  10.000.000,00
       K : Giro – Tn Dennis                                   Rp.  11.000.000,00


         PINJAMAN UNTUK PEMBIAYAAN BERSAMA
       Bank Gunadarma ingin membiayai sebuah proyek sebesar Rp 300 M, untuk memenuhi kebutuhan dana ini telah bersedia dua bank lain yaitu Bank BNI dan Bank BCA dengan masing-masing sumbangan modal Rp 100 M.

D : Bank BCA – Giro                                                              Rp 100.000.000.000,00
         D : Bank BNI – Giro                                                                Rp 100.000.000.000,00
         K : Pinjaman yg Diterima – Pembiayaan Bersama           Rp 200.000.000.000,00


9. KEWAJIBAN LAIN-LAIN

         PENDAPATAN YANG DITERIMA DIMUKA

Contoh : pendapatan sewa jangka panjang yang diterima dimuka, uang kontrak pemberian jangka panjang, dll

       Bank Gunadarma menempatkan dananya pada Bank Permata dalam bentuk sertifikat berjangka yang bunganya diterima dimuka sebesar Rp 200 juta, suku bunga 14,4% pa dengan jangka waktu 6 bulan.

         D : Bank Permata – Sertifikat Berjangka                             Rp 200.000.000,00
       K : Bunga Sertifikat Berjangka yang Diterima Dimuka         Rp   14.400.000,00
K : Bank Indonesia                                                                         Rp 185.600.000,00

Setiap bulannya Bank Gunadarma mencatat alokasi pendapatan bunga yang diterima dimuka tersebut.

       D : Bunga Sertifikat Berjangka YDD                                      Rp 2.400.000,00
       K : Pendapatan Bunga Sertifikat Berjangka               Rp 2.400.000,00

         SELISIH HUTANG PAJAK
       Bank Gunadarma membebankan hutang pajak terlalu besar Rp 8 jt

       D : Hutang Pajak Penghasilan                                               Rp 8.000.000,00
       K : Biaya Pajak Penghasilan                                        Rp 8.000.000,00
      

         BIAYA YANG MASIH HARUS DIBAYAR
       Adalah pos-pos kewajiban lainnya yang tidak dapat dikelompokkan kedalam sumber dana biaya yang masih harus dibayar, contoh : biaya bunga simpanan berjangka yang dihitung setiap tanggal jatuh waktu.

10. PINJAMAN SUBORDINASI

DEFINISI
       Pinjaman yang diperoleh berdasarkan suatu perjanjian antara bank dengan pihak lain yang hanya dapat dilunasi apabila bank telah memenuhi persyaratan tertentu.

       Bank Gunadarma menerima pinj. subordinasi sebesar Rp 500 juta
       D : Bank Indonesia – Giro                          Rp 500.000.000,00
       K : Pinjaman Subordinasi                          Rp 500.000.000,00

       Bunga 12% pa, perhitungan Bunga Tahun Pertama :
       D : Biaya Bunga Pinj. Subordinasi            Rp 60.000.000,00
       K : Bunga yang Masih Harus Dibayar      Rp 60.000.000,00

       Pinjaman Subordinasi dilunasi Rp 200.000.000,00
       D : Pinjaman Subordinasi                          Rp 200.000.000,00
       K : Bank Lain – Giro                                   Rp 200.000.000,00


11. MODAL PINJAMAN

DEFINISI
Pinjaman yang didukung dengan menggunakan instrumen yang disebut capital notes, loan stock atau warkat lain yang dipersamakan dengan itu, dan mempunyai sifat modal sendiri


CIRI-CIRI MODAL PINJAMAN
         Tidak dijamin oleh bank penerbit (issuer) dan sifatnya dipersamakan dengan modal (subordinated) serta telah dibayar penuh
         Tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik (pemegang capital notes)
         Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah kerugian bank melebihi laba ditahan dan cadangan-cadangan yang termasuk modal inti, mesikipun bank belum dilikuidasi
         Pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan rugi atau labanya tidak mencukupi untuk membayar bunga tersebut



12. MODAL BANK


DEFINISI
       Hak pemilik bank kepada bank yang bersangkutan, yang merupakan modal awal pada saat pendirian bank yang jumlahnya telah ditetapkan dalam suatu ketentuan atau pendirian bank


KOMPONEN MODAL BANK
       Terdiri antara lain dari modal saham yang ditempatkan dan disetor, modal sumbangan, laba ditahan-dengan tujuan, laba ditahan-tanpa tujuan, penilaian kembali aktiva tetap, dan modal sumbangan (modal donasi)

AKUNTANSI PENANAMAN DANA BANK
Penanaman  dana bank meliputi penanaman dana dalam alat likuid atau kas, penanaman dana pada lembaga keuangan, penanaman dana dalam bentuk perkreditan dan penanaman dana dalam akativa tetap.

Tujuan dan apenanaman dana adalah untuk memperoleh (menciptakan) pendapatan bank melalui penciptaan aktiva produktif yang menghasilkan.

Jenis penanaman dana antara lain: remise atau pengiriman uang antar cabang dalam bentuk suatu bank, penanaman pada bank lain dalam bentuk giro, deposito berjangka , call money, deposito deposits on call, surat berharga, serta penanaman dana dalam bentuk kredit.


1.   Penanaman Dana Alat Likuid atau Kas (KAS DAN BANK)


Dalam penanaman dana kas untuk tujuan operasional harus diperhatikan dasar kebutuhan dana rata-rata uang tunai setiap hari. Sedangkan penenaman dana kas ke bank lain harus memperhatikan syarat minimum yang harus dipelihara oleh bank (5% dari dana masyarakat yang dimiliki oleh bank), sehingga terjada likuiditasnya.

Tujuan penanaman uang kas
§  Untuk kegiatan operasional
§  Untuk memelihara likuiditas
§  Untuk menghindari terjadinya over/underliquid
§  Untuk memanfaatkan kelebihan dana 
§  Pendapatan


1.1 REMISE

Adalah : pengiriman uang secara fisik dari satu bank ke bank lain atau dari satu cabang ke cabang lain.

Akuntansi remise:
a.  Saat pengiriman uang pisik ke cabang
             D: RAK- Cabang     
             K: Kas                                          

b.   Saat menerima uang pisik dari cabang
D: Kas           
K: RAK- Cabang    

1.2.  Penanaman Alat Likuit dalam Rekening Bank Lain  

Akuntansi penanaman pada bank lain:
             1. Saat penanaman
                             D: Bank lain-deposito          
                             D: Bank lain- Call money     
                             K: BI- Giro
Kasus: Bank Mega Jakarta membeli deposito berjangka Bank ABC sebesar Rp 200.000.000 suku bunga 24% setahun, jangka waktu 3 bulan. Selain itu Bank Mega menempatkan sebagian dananya pada bank XYZ Jakarta untuk call money sebesar Rp 400.000.000  dengan suku bunga 30% setahun, dana dapat ditarik sewaktu-waktu. Bank Mega juga juga menempatkan uangnya pada bank RST Jakarta dalam bentuk deposits on call sebesar Rp 450.000.000 suku bunga 26% setahun jangka waktu 2 bulan. Pembayaran kepada lembaga keuangan tersebut di atas dilakukan atas beban rekening giro bank Mega- Jakarta pada Bank Indonesia.

D: Bank lain – deposito berjangka Rekening Bank ABC- Jakarta      Rp    200.000.000
D: Bank lain - Call money-Rekening Bank XYZ                                                Rp    400.000.000
D: Bbank Lain – Deposits on Call-rekening Bank RST – Jakarta      Rp    450.000.000
K: Bank Indonesia – Giro                                                                           Rp 1.050.000.000

2. Saat penerimaan bunga:
                             D: Bank lain-deposito 
                             K: pendapatan bunga-deposito

D: Bank lain-giro- Rekening Bank ABC                                                  Rp          4.000.000
D: Bank lain-giro- Rekening Bank XYZ                                                  Rp       10.000.000
D: Bank lain-giro- Rekening Bank RST                                                  Rp          9.750.000
K: pendapatan bunga-penempatan –deposito berjangka                    Rp          4.000.000
K: pendapatan bunga-penempatan –Call money                                 Rp        10.000.000
K: pendapatan bunga-penempatan –Deposits on Call                                    Rp          9.750.000

  
2.   SURAT BERHARGA
Penanaman uang dalam bentuk surat berharga bersifat sementara dan untuk dijual kembali saat diproyeksikan adanya keuntungan dari surat berharga tersebut

Kreteria :
§  Mempunyai pasar yang dapat diperjual belikan segera
§  Untuk dijual segera bila ada kebutuhan dana
§  Tidak dimaksudkan untuk menguasai perusahaan lain

Jenis Jenis Surat Berharga
§   Saham
§   Wesel
§   Obligasi
§   Sekuritas kredit
§   Surat berharga lain yang lazim diperdagangkan di pasar uang dan pasar modal

Akuntansi Surat berharga :
§  Pembelian

Kasus: Pada tanggal 31 Juli Bank Mega membeli selembar obligasi PT Jasa marga yang berjangka waktu 10 tahun dengan nilai nominal 10 juta pada kurs sebesar 98% dan suku bunga sebesar 15% setahun dibayarkan setiap tanggal 1 Juni dan 1 Desember.

D: Surat Berharga – Obligasi                                                        Rp 10.000.000
D: Pendapatan Bunga Obligasi                                           Rp      250.000
K: Pendapatan Premi Obligasi Yang ditangguhkan                   Rp      200.000
K:Kas                                                                                      Rp 10.050.000

§  Pembayaran bunga tanggal 1 Desember

D:Kas                                                                                     Rp     750.000
K:Pendapatan Bunga Obligasi                                            Rp     750.000

Pada tanggal 31 Desember obligasi harus disajikan di neraca dan diamortisasi dari pendapatan yang ditangguhkan.

D: Pendapatan Premi Obligasi yang ditangguhkan                    Rp     10.000
K: Pendapatan Premi Obligasi                                            Rp     10.000

§  Penjualan

Surat berharga yang hendak dijual memiliki harga pokok yang dapat dihitung dengan metode FIFO atau metode rata (terutama apabila terdapat lebih dari satu macam surat berharga obligasi atau portfolio.

Kasus : Obligasi Jasa Marga tersebut dijual setelah 8 bulamn dimiliki atau pada tanggal 1 Maret dengan harga 101,

Pencataan untuk pengalokasian terakhir premi obligasi dengan ayat jurnal :

D: Pendapatan Premi yang ditangguhkan               Rp 3.333
K: Pendapatan premi obligasi                                    Rp 3.333

Pencatatan penjualan obligasi dicatat dengan ayat jurnal sebagai berikut:

D: Kas                                                                                    Rp 10.475.000
D: Pendapatan Premi Obligasi Yang ditangguhkan                   Rp       186.667
K: Pendapatan premi obligasi                                             Rp       186.667
K: Surat berharga Obligasi                                                   Rp  10.000.000   
K: Pendapatan Bunga Obligasi                                           Rp        375.000
K: Keuntungan dari Penjualan surat berharga                            Rp        100.000


§  Penilaian

Penilaian Surat Berharga Pasar Uang

Kasus: Bank Omega membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan nominal Rp 500 juta dengan suku bunga 12% setahun. Bunga SBI diterima di muka dan jangka waktu selama 2 bulan.  Pembayaran dilakukan atas beban rekening giro pada Bank Indonesia.

Saat pembelian :
D: Surat berharga – SBI                                                       Rp 500.000.000
K: Pedapatan bunga SBI yang belum diamortisasi          Rp   10.000.000
K: BI- Giro                                                                              Rp 490.000.000


Pada akhir bulan pertama setelah pembelian SBI dilakukan pengalokasian pendapatan bunga SBI sbb:

D: Pendapatan Bunga SBI yang belum diamortisasi                 Rp     5.000.000
K: Pendapatan Bunga SBI                                                   Rp     5.000.000
Penyajian SBI dalam Neraca setelah akhir bulan pertama:
D: BI-Giro                                                                               Rp 500.000.000
D: Pendapatan Bunga SBI yang belum diamortisasi                 Rp     5.000.000
K: Surat berharga –SBI                                                        Rp 500.000.000
K: Pendapatan bunga SBI                                                   Rp     5.000.000

Penilaian Terhadap surat berharga yang dimiliki dalam bentuk portfolio harus dinilai berdasarkan harga riil:
1.  Sebesar harga perolehan (cost)
2.  Sebesar harga terendah antara cost dan market (COMWIL).
Apabila terjadi selisih harga diakui sebagai kerugian penurunan nilai SB. dengan mengkredit perkiraan surat berharga yang bersangkutan “Penyisihan untuk penurunan nilai surat berharga”.

Kasus:
Bank Omega memiliki portfolio surat berharga sebesar harga perolehan Rp 125.000.000dan kemudian setealh dilakukan penilaian harga pasar bernilai Rp 115.000.000, maka kerugian ini akan dibukukan dengan ayat jurnal sbb:

D: Biaya Kerugian Penurunan Nilai surat berharga          Rp 10.000.000
K: Penyisihan untuk Penurunan nilai surat berharga                 Rp 10.000.000

Sehingga nialai surat berharga setelah penurunan nilai adalah sbb:
Surat berharga                                                                      Rp 125.000.000
Dikurangi: Penyisihan untuk penurunan nilai suara berharga                     Rp  10.000.0000
Surat berharga, bersih                                                                   Rp 115.000.000


4.  KREDIT YANG DIBERIKAN

Aktiva produktif yang sangat diandalkan oleh bank yang menghasilkan pendapatan besar adalah debitur/kredit.

Akuntansi untuk kredit ini harus dilakukan dengan cermat agar mampu memberikan informasi yang efektif kepada manajemen

·        Jenis kredit yang diberikan oleh bank
a. Kredit Investasi
b. Kredit Modal Kerja
c. Kredit Profesi, dsb.

·        Jangka waktu kredit:
a.   Kredit jangka pendek
b.   Kredit jangka panjang


·        Akuntansi Kredit meliputi:

Akuntansi kredit meliputi beberapa prosedur:
a.   Persetujuan dan pemberian pagu kredit
b.   Penarikan cek oleh nasabah/debitur
c.   Pembebanan bunga pada debitur
d.   Pelunasan pokok
e.   Wanprestasi pembayaran
f.     Penilaian debitur pada neraca

a.  Persetujuan Dan Pemberian Pagu Kredit

·        Saat persetujuan kredit dicatat:
K:  Rek.Admin rupiah-kredit yg disetujui

Kasus: Bank Omega–Jakarta telah menyetujui pemberian kredit investasi kepada PT Pizzaria sebesar Rp 250.000.000 untuk rencana expansi usaha dengan suku bunga sebesar Rp 1.500.000, biaya materai dan lainnya Rp 50.000, biaya notariat pada notary Andi sebesar Rp 5.000.000 dibebankan dan dibayar lansung oleh calon nasabah pada bank Omega-Jakarta.  Oleh Bank Jakarta komitmen ini dicata:

K: Rek. Administrasi-Kredit yang telah disetujui              Rp 250.000.000

Sedangkan untuk perhitungan provisi kredit dicatat:
D:  Giro – debitur
K:  Pendapatan provisi kredit

D: Giro-Rekening PT Pizaria                                                         Rp     6.550.000
K: Pendapatan Provisi Kredit                                                        Rp     1.500.000
K: Persediaan Formulir Berharga                                        Rp          50.000
K Giro – Rekening Tn Andi                                                  Rp     5.000.000

b.   Saat Penarikan Kredit Oleh Debitur
Setiap terjadi penarikan oleh debitur dibukukan dalam rekening efektif
D:  Debitur
K:  BI – Giro

Kasus : PT Pizzaria menarik selembar cek debitur yang telah disetujui sebesar Rp 35.000.000 kepada Pt MNA, kemudian cek disetorkan ke Bank Omega – Jakarta untuk keuntungan PT MNA, nasabah Bank ABC – Jakarta melalui kliring. Oleh Bank Omega Jakata dibukukan:


D: Debitur-Rekening PT Pizzaria                                         Rp 35.000.000
K: Bank Indonesia-Giro                                                        Rp 35.000.000

Dan dicatat pada rek. Administratif :

D: Rek. Adm.rupiah – kredit yg disetujui                                      Rp 35.000.000


c.   Perhitungan Bunga Kredit
Besarnya bunga dihitung dari lamanya hari outstanding kredit .
Pengakuan pendapatan bunga dilakukan:
    1. Accrual basis (saat jatuh tempo)
   D: Debitur tunggakn bunga
   K: Pendapatan bunga debitur

    2. Cash basis (saat penerimaan): bila debitur merupakan non-performing loan:
 D: Rek.Admin-tunggakan bunga debitur

Kasus:
Sampai akhir bulan PT Pizzaria tidak melakukan mutasi lagi. Maka pencatan bunganya sbb (bunga 28%/tahun) :

1.   Accrual basis (saat jatuh tempo)
D: Debitur Tunggakan Bunga- Rekening PT Pizzaria       Rp 816.667
K: Pendapatan Bunga Debitur                                            Rp 816.667

2.   Cash basis (saat penerimaan)
D: Rek.Admin-tunggakan bunga debitur                                      Rp 816.667

d.  Pelunasan bunga
1. Accrual basis
       D: BI – Giro
       K: Debitur tunggakan bunga
2.  Cash basis
D: BI – Giro
K: Pendapatan bunga-debitur
3.   Rekening administratif dicatat:
K: Rek.admin-debitur tunggakan bunga

Pelunasan pokok pinjaman. Pada saat pelunasan kredit dicatat:
D: Kas
K: Debitur- rek.debitur
Koletibilitas meliputi:
§   Lancar(standar)
§   Kurang lancar (sub-standar)
§   Diragukan (doubtful)
§   Macet (uncollectible)

e. Wanprestasi Nasabah Debitur
Bila terjadi wanpestasi dalam pelunasan pokok, maka pencatatnya harus dipisah kan dari debitur yang masih aktif
 D: Debitur tunggakan pokok
 K: Debitur – Rek. debitur

Praktek kredit yang berjalan saat ini harus membeda-bedakan berdasarkan kolektibilitasnya. Kolektibilitas terdiri dari :
1.   Lancar :
bila nasabah ybs tidak pernah melakukan penunggakan (bayar tepat waktu).
2.   kurang lacar :
nasabah telah menungggak pelunasan bunga atau pokok pinjaman (<dari 6 bulan)
3.   diragukan :
nasabah telah menungggak pelunasan bunga atau pokok pinjaman >dari 6 bulan)
4.   macet.: diragukan :
nasabah telah tidak mampu lagi melunasi kewajibannya baik bunga ataupun pokok.

Tujuannya untuk memberikan informasi kepada manajemen dalam mengambil keputusan
g.   Penilaian Debitur Pada Neraca

§  Penilaian debitur pada neraca dilakukan atas dasar kolektibilitas debitur yang outstanding
§  Penyisihan dibebankan ke ikhtisar laba-rugi dalam rek.Biaya penyisihan debitur diragukan

D: Biaya debitur ragu
K: Penyisihan debitur diragukan

KasusSaldo debitur Bank Omega –Jakarta sebesar Rp 20.000.000.000 terdiri dari :

Kolektibilitas I                                  Rp 18.000.000.000
Kolektibilitas II                                 Rp   2.000.000.000


Penyisihan debitur ragu-ragu :

Kolektibilitas I      = 1% (Rp 18.000.000.000*50%) = Rp  90.000.000
Kolektibilitas II     = 5% (Rp   2.000.000.000*50%) = Rp  50.000.000

Besarnya penyisihan debitur:

D: Biaya Debitur ragu                                        Rp 140.000.000          
K: Penyisihan Debitur diragukan                      Rp 140.000.000

Dengan demikian rekening debitur disajikan dineraca :

Debitur (pokok)                                                   Rp 20.000.000.000
Penyisihan Debitur Ragu                                  Rp      140.000.000
Bersih                                                                  Rp 19.860.000.000



Popular Posts

About me

Berusaha untuk mencapai keinginan, berpandangan luas untuk menggapai cita-cita "Man Jadda wa jada"

Read More

Followers

Total Pageviews