ABSTRAK
National income (pendapatan nasional) adalah salah satu aspek untuk menentukan tingkat perekonomian suatu negara. Pendapatan nasional baru dapat dihitung setelah diketahui nilai dari unsur-unsur ekonomi negara lainnya, antara lain GDP (Gross Domestic Product). Selain itu, dalam penghitungan pendapatan nasional, dapat digunakan beberapa pendekatan. Yaitu pendekatan produksi, pendapatan, dan pengeluaran. Dalam tulisan ini akan dijelaskan analisis pendekatan penghitungan pendapatan nasional yang diterapkan Indonesia. Kemudian dari tingkat pendapatan nasional, lalu membaginya dengan jumlah penduduk, maka akan ditemukan tingkat pendapatan per kapita (income per capita) negara tersebut. Selain itu juga perlu dibahas mengenai distribusi pendapatan nasional di Indonesia pada provinsi-provinsi yang ada. Maka tulisan ini akan menyertakan data-data yang relevan serta analisisnya yang disesuaikan dengan teori dan realitas.
BAB I
PENDAHULUAN
Pendapatan nasional sangat erat hubungannya dengan
ekonomi makro atau ekonomi negara. Tingkat pendapatan nasional sangat
menentukan seberapa kuat perekonomian negara tersebut untuk dapat
menyejahterakan rakyatnya dan bersaing di kancah ekonomi internasional. Lalu
pertanyaan yang muncul adalah: Apa itu pendapatan nasional? Bagaimana cara
menentukannya? Kemudian bagaimana dengan tingkat pendapatan nasional dan
keadaan ekonomi negara Indonesia sendiri?
Makalah ini dibuat atas latar belakang perlunya pemahaman mengenai ekonomi makro, atau pendapatan nasional pada khususnya, oleh para mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Para mahasiswa selanjutnya dapat menggunakan pemahaman tersebut untuk melakukan analisis dan kritisi terhadap realita sosial-ekonomi yang ada. Dan masalah yang ada di negeri ini adalah rendahnya tingkat pendapatan nasional, sehingga keadaan ekonomi Indonesia dan penduduknya belum baik, yang kemudian berimbas pada masalah-masalah sosial lainnya.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendalami pemahaman tersebut dengan pembahasan teoritis dan realistis. Maka akan disertakan data-data relevan mengenai pendapatan nasional Indonesia dan teori konsep-konsep pendapatan nasional yang sudah ada. Selain itu, makalah ini juga ditulis untuk memenuhi tugas kelompok dalam perkuliahan.
Selain penyertaan data dan teori, juga disertakan analisis pendekatan penghitungan pendapatan nasional Indonesia, pendapatan per kapita penduduk Indonesia, serta distribusi pendapatan nasional di Indonesia. Penulisan dilakukan secara deskriptif melalui data kuantitatif dan analisis berdasarkan teori terkait.
BAB II
ISI
1. METODE PENGHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL
A. Pengertian Pendapatan Nasional (National Income)
Pendapatan Nasional adalah sejumlah pendapatan yang
diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan untuk memproduksikan barang
dan jasa dalam suatu tahun tertentu.
B. Penghitungan Pendapatan Nasional
Metode penghitungan pendapatan nasional secara teori
dapat dihitung dengan menggunakan tiga buah pendekatan, yaitu Pendekatan
Produksi (Production Approach), Pendekatan Pengeluaran (Expenditure
Approach), dan Pendekatan Pendapatan (Income Approach).
Masing-masing metode pendekatan melihat pendapatan nasional dari sudut pandang
yang berbeda, tetapi hasilnya saling melengkapi.
1.
Pendekatan
Produksi (Production Approach)
Dengan pendekatan ini, besarnya pendapatan nasional dihitung dengan cara menjumlahkan nilai produksi barang dan jasa akhir yang dihasilkan dari seluruh sektor ekonomi masyarakat dalam periode tertentu. Pendekatan ini juga menggunakan pendekatan nilai tambah (value added).
Dengan pendekatan ini, besarnya pendapatan nasional dihitung dengan cara menjumlahkan nilai produksi barang dan jasa akhir yang dihasilkan dari seluruh sektor ekonomi masyarakat dalam periode tertentu. Pendekatan ini juga menggunakan pendekatan nilai tambah (value added).
Rumus Pendekatan Produksi: Y= (Q1 . P1) + (Q2 . P2) +……(Qn . Pn)
Komponen Pendekatan Produksi:
Y/
Yield = pendapatan
nasional
Q1, Q2 =
jenis dan jumlah produk ke-1, 2, dst.
P1, P2 =
harga produk ke-1, 2, dst.
Qn
= jenis dan jumlah barang berikutnya
Pn
= harga produk berikutnya
Contoh penghitungan pendekatan produksi dengan
pendekatan nilai tambah:
Tabel 1.1 Pendekatan Nilai Tambah dalam Produksi
Perabotan Rumah Tangga
No
|
Jenis Kegiatan / Produksi
|
Nilai Penjualan
|
Nilai Tambah
|
(ribuan
rupiah) (ribuan rupiah)
|
|||
1.
|
Mengambil kayu hutan
|
50
|
50
|
2.
|
Menggergaji papan
|
200
|
150
|
3.
|
Membuat perabot
|
600
|
400
|
4.
|
Menjual perabot ke toko
|
800
|
200
|
Jumlah nilai penjualan dan nilai tambah
|
1.650
|
800
|
Sumber: Sadono Sukirno dalam buku Teori Makro Ekonomi, 2006
Dengan demikian, jumlah nilai tambah yang diwujudkan
oleh keempat kegiatan itu adalah Rp 800.000. Pengeluaran konsumen untuk membeli
perabot ini berarti Rp 800.000.
Pendapatan nasional menurut pendekatan produksi
terdiri dari 11 sektor ekonomi (lapangan usaha) di Indonesia yang dikelompokkan
menjadi:
- Sektor primer: pertanian,
peternakan, kehutanan, perikanan, dan tambang.
- Sektor sekunder: industri
pengolahan, listrik, gas, air, dan bangunan.
- Sektor
tersier: perdagangan, hotel, restoran, transportasi, telekomunikasi, keuangan
(perbankan), sewa, jasa perusahaan, pemerintahan, dan pertahanan.
2.
Pendekatan
Pengeluaran ( Expenditure Approach)
Dengan pendekatan ini, besarnya pendapatan nasional dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara selama satu periode tertentu. Perhitungan dengan pendekatan ini dilakukan dengan menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh empat pelaku kegiatan ekonomi negara, yaitu rumah tangga (Consumption), pemerintah (Government), pengeluaran investasi (Investment), dan selisih antara nilai ekspor dikurangi impor (X – M) atau Ekspor Neto.
Dengan pendekatan ini, besarnya pendapatan nasional dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara selama satu periode tertentu. Perhitungan dengan pendekatan ini dilakukan dengan menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh empat pelaku kegiatan ekonomi negara, yaitu rumah tangga (Consumption), pemerintah (Government), pengeluaran investasi (Investment), dan selisih antara nilai ekspor dikurangi impor (X – M) atau Ekspor Neto.
Rumus Pendekatan Pengeluaran: Y = C + I + G + ( X – M)
Komponen Pendekatan Pengeluaran:
Y/ Yield
= Pendapatan nasional
C
= Consumption/ konsumsi oleh rumah tangga konsumsi
I
= Investment/ investasi oleh rumah tangga produksi
G
= Government Expenditure/ pengeluaran pemerintah
X dan
M = Export and import/
ekspor dan impor
Contoh penghitungan pendekatan pengeluaran:
Data di bawah ini adalah komponen-komponen pendapatan
nasional di suatu negara pada tahun 2009 dalam triliun (T) rupiah.
1. Upah dan gaji
13,0 6. Konsumsi
Rumah Tangga 161,8
2. Impor
2,5
7. Belanja
pemerintah
44,5
3. Laba perusahaan 10,5
8.
Depresiasi
7,5
4. Sewa
11,5
9. Modal swasta
15,1
5. Ekspor
4,0
10.
Investasi
60,4
Pendekatan Pengeluaran: Y= C + I + G + (X – M)
Y = 161, 8 + 60, 4 + 44, 5 + (4 – 2,5) T
= 161, 8 + 60, 4 + 44, 5 + 1,5 T
= 268,2 T
3.
Pendekatan
Pendapatan ( Income Approach)
Dengan pendekatan ini, besarnya pendapatan nasional dapat dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan atau penerimaan yang diterima rumah tangga konsumsi dalam suatu negara selama satu periode tertentu sebagai imbalan atas faktor-faktor produksi yang digunakan untuk mewujudkan pendapatan nasional.
Dengan pendekatan ini, besarnya pendapatan nasional dapat dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan atau penerimaan yang diterima rumah tangga konsumsi dalam suatu negara selama satu periode tertentu sebagai imbalan atas faktor-faktor produksi yang digunakan untuk mewujudkan pendapatan nasional.
Rumus Pendekatan Pendapatan: Y= W + R + i + P
Komponen Pendekatan pendapatan:
Y/Yield
= Pendapatan nasional
W
= Wage/ upah atau gaji dari faktor produksi tenaga kerja
R = Rent/ sewa dari faktor produksi alam
R = Rent/ sewa dari faktor produksi alam
i
= Interest/ bunga modal dari faktor produksi modal
P
= Profit/ laba dari faktor produksi skill atau kewirausahaan
Sampai sekarang, Indonesia belum menggunakan cara ini untuk menghitung pendapatan nasionalnya. Salah satu negara yang menggunakan pendekatan ini adalah Amerika Serikat.
Sampai sekarang, Indonesia belum menggunakan cara ini untuk menghitung pendapatan nasionalnya. Salah satu negara yang menggunakan pendekatan ini adalah Amerika Serikat.
Contoh penghitungan pendekatan pendapatan:
Tabel 1.2 Pendapatan Nasional Amerika
Serikat 2007 (milyar dolar AS)
No
|
Jenis Kegiatan
|
Nilai (milyar)
|
Persentasi
|
1.
|
Ganjaran untuk pekerja
|
4.703
|
70,7
|
2.
|
Pendapatan usaha perorangan
|
545
|
8,2
|
3.
|
Pendapatan dari sewa
|
148
|
2,2
|
4.
|
Laba perusahaan perseroan
|
804
|
12,1
|
5.
|
Bunga bersih neto
|
450
|
6,8
|
Pendapatan Nasional
|
6.650
|
100
|
Sumber: Sadono Sukirno dalam buku Teori Makro Ekonomi, 2006
Dengan demikian, pendapatan nasional Amerika Serikat
pada tahun tersebut adalah US$ 6.650 milyar lebih rendah dari PDBnya US$ 8.804
milyar pada tahun sama karena depresiasi, pajak tidak langsung, dan pendapatan
neto luar tidak termasuk lagi.
C. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pendekatan
Pendapatan Nasional
1. Pendekatan Produksi (Production Approach)
Kelebihan pendekatan ini adalah kita dapat melihat
sumbangan berbagai sektor ekonomi atau lapangan usaha dalam mewujudkan
pendapatan nasional dan tingkat kegiatan ekonomi negara yang dicapai dengan
nilai output yang dihasilkan. Kekurangan pendekatan ini adalah
kadang-kadang sangat sulit untuk menentukan harga barang-barang dan adanya
depresiasi atau penyusutan kualitas barang. Sebagai contoh, walaupun dengan
mudah dapat dihitung jumlah produksi karet, tetapi sulit sekali untuk
menentukan nilai produksinya dalam pendapatan nasional karena harga barang
terus berubah.
2. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)
Kelebihan pendekatan ini adalah kita dapat mengetahui
secara jelas komposisi dari perbelanjaan agregat yang dilakukan oleh para
pelaku ekonomi dan dapat digunakan sebagai landasan untuk mengambil
langkah-langkah dalam mengatasi masalah-masalah ekonomi yang
dihadapi. Kekurangan pendekatan ini adalah dalam praktiknya, timbul
kesulitan dalam menentukan apakah suatu barang itu barang jadi atau setengah
jadi sehingga menimbulkan masalah penghitungan ganda atau dua kali (double
counting).
3. Pendekatan Pendapatan (Income Approach)
Kelebihan pendekatan ini adalah dapat memberikan
gambaran tingkat atau taraf kemakmuran masyarakat dan perubahannya dilihat dari
pendapatannya. Kekurangan pendekatan ini adalah tidak adanya penghitungan
pendapatan perusahaan milik perseorangan atau keluarga dalam empat komponen
pendapatan dalam pendekatan ini.
D. Metode Pendekatan Pendapatan Nasional di Indonesia
Selama ini, setelah dianalisis lebih jauh Indonesia
menggunakan dua metode pendekatan untuk menghitung pendapatan nasionalnya,
yaitu pendekatan produksi dan pendekatan pengeluaran. Sedangkan, untuk
menghitung pendapatan nasional dengan pendekatan pendapatan masih belum
digunakan oleh Indonesia. Hal ini disebabkan masih kurangnya pengelolaan dan
pendistribusian pendapatan yang merata ke seluruh masyarakat yang ada di
Indonesia sehingga masih terjadi ketimpangan ekonomi di dalam masyarakatnya.
2. DATA DAN ANALISIS PENDAPATAN DOMESTIK BRUTO (GDP)
INDONESIA
Harga konstan membuat perhitungan terwakili, sehingga
efek inflasi tidak diperhitungkan. Nilai dari setiap periode waktu ditampilkan
dalam lingkup harga-harga pada saat bebeapa periode dasar.
Perhitungan dari harga berlaku menunjukkan data, di
mana nilai tiap barang ditampilkan dalam lingkup harga-harga periode itu juga.
Kemudian dari tabel-tabel di atas, kita dapat melihat
posisi GDP Indonesia. Indonesia memang mengalami peningkatan nilai GDP dari
tahun ke tahun, namun bila dibandingkan dengan negara maju, maka Indonesia
masih jauh tertinggal. Untuk itu, sangat perlu dilaksanakan program-program
ekonomi yang diharap mampu mendongkrak posisi GDP Indonesia secara signifikan.
3. INCOME PER CAPITA /
PENDAPATAN PER KAPITA
A.
Konsep
Pendapatan Nasional yang Terkait dengan Pendapatan Per Kapita
-
Gross
Domestic Product (GDP) / Produk Domestik Bruto (PDB)
Seluruh barang dan jasa yang dihasilkan warga negara
(termasuk asing) yang berada di wilayah negara selama satu tahun.
-
Gross
National Product (GNP) / Produk Nasional Bruto (PNB)
Seluruh barang dan jasa yang dihasilkan warga negara
(tidak termasuk asing), ditambah warga negara tersebut yang berada di luar
negeri selama satu tahun.
GNP = GDP – NFIFA
* NFIFA: Nett Factor Income From
Abroad / Netto faktor luar negeri
- Nett
National Product (NNP)
NNP = GNP – (Depreciation + Replacement)
* Depreciation: penyusutan, Replacement:
penggantian barang modal
- Nett
National Income (NNI)
NNI = NNP – Indirect Tax (pajak tidak langsung)
-
Personal
Income (PI)
PI = NNI + Transfer Payment – (Social
Security Payment + Assurance + Undistributed Profit + Corporate
Taxes)
-
Disposible
Income (DI)
DI = PI – Direct Tax (pajak langsung)
B. Menghitung Pendapatan Per Kapita
Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata
penduduk suatu negara pada periode tertentu. Konsep pendapatan per kapita/ Income
Per Capita (IPC) digunakan sebagai alat ukur tingkat kemakmuran suatu
negara pada periode tertentu. IPC = GNP/Q
IPC: Income Per Capita GNP: Gross National Product Q: Jumlah Penduduk |
C. Data Pendapatan Per Kapita Indonesia
Data World
Bank
1989
|
1990
|
1991
|
1992
|
1993
|
1994
|
1995
|
1996
|
1997
|
1998
|
||
Indonesia
|
GNI per
capita, PPP (current international $)
|
1,270.00
|
1,410.00
|
1,420.00
|
1,560.00
|
1,850.00
|
2,020.00
|
2,200.00
|
2,380.00
|
2,490.00
|
2,100.00
|
Indonesia
|
Population, total (in millions)
|
174.5
|
177.4
|
180.3
|
183.1
|
185.9
|
191.5
|
194.3
|
197
|
199.8
|
|
Indonesia
|
GDP (current US$) (in millions)
|
101,455.20
|
114,426.50
|
128,168.00
|
139,116.30
|
158,006.80
|
176,892.10
|
202,132.00
|
227,369.70
|
215,748.90
|
95,445.50
|
Indonesia
|
GDP growth (annual %)
|
9.1
|
9
|
8.9
|
7.2
|
7.3
|
7.5
|
8.4
|
7.6
|
4.7
|
-13.1
|
Tabel 3.1. Data Perekonomian
Indonesia 1989-2008 Versi World Bank
1999
|
2000
|
2001
|
2002
|
2003
|
2004
|
2005
|
2006
|
2007
|
2008
|
2,070.00
|
2,160.00
|
2,220.00
|
2,300.00
|
2,650.00
|
2,850.00
|
3,060.00
|
3,310.00
|
3,590.00
|
3,860.00
|
202.5
|
205.3
|
208.1
|
210.9
|
213.7
|
216.4
|
219.2
|
222
|
224.7
|
227.3
|
140,001.40
|
165,021.00
|
160,446.90
|
195,660.60
|
234,772.50
|
256,836.90
|
285,868.70
|
364,570.40
|
432,216.70
|
510,503.90
|
0.8
|
4.9
|
3.6
|
4.5
|
4.8
|
5
|
5.7
|
5.5
|
6.3
|
6
|
Tabel 3.2. Posisi Pendapatan Per
Kapita Indonesia Tahun 2009
Dari data di atas, dapat dilihat
perbedaan tingkat pendapatan per kapita Indonesia menurut kedua lembaga
tersebut, disebabkan perbedaan metode dan penggunaan variabel.
Menurut World Bank, batas
untuk menyatakan negara msikin adalah dengan pendapatan per kapita minimum $
2.00/orang/hari. Namun berdasarkan data di atas, Indonesia masih berada di
bawah batas tersebut. Maka Indonesia dapat dinyatakan sebagai negara miskin
atau lower-middle income country.
4. DISTRIBUSI PENDAPATAN NASIONAL DI INDONESIA
A. Distribusi Pendapatan Nasional
yang Diterima Provinsi Terkaya
Berdasarkan data yang dihimpun dari
BPS edisi Agustus 2010, Kota Bontang di Kalimantan Timur pada 2009 membukukan
PDB per kapita tertinggi.
1. Kota Bontang, Kaltim
PDB per kapita Kota Bontang tercatat
sebesar Rp 368,05 juta. Bontang yang terletak sekitar 120 kilometer dari Samarinda
itu berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai Timur di utara dan barat,
Kabupaten Kutai Kartanegara di selatan, dan Selat Makassar di timur. Kaltim
merupakan propinsi yang memberikan gaji atau upah tertinggi kedua secara
nasional kepada karyawan atau buruh, yakni Rp 2,15 juta per bulan.
Sejumlah perusahaan besar beroperasi
di kota ini, di antaranya Badak NGL (gas alam), Pupuk Kalimantan Timur (pupuk
dan amoniak), dan Indominco Mandiri (batu bara). Bontang juga memiliki kawasan
industri petrokimia dan merupakan kota yang berorientasi di bidang industri,
jasa serta perdagangan.
2. Kabupaten Mimika, Papua
Kabupaten Mimika di Papua selama
2009 membukukan PDB per kapita Rp 295,05 juta. Di Kabupaten Mimika yang
beribukota Timika itu beroperasi salah satu tambang emas terbesar dunia, PT
Freeport Indonesia. Gaji atau upah rata-rata yang diterima pegawai atau buruh
di Papua juga tertinggi di Indonesia, yakni Rp 2,16 juta per bulan.
Berdasarkan data Hasil Audit Badan
Pemeriksa Keuangan terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat 2009, Kabupaten
Mimika mencatat dana bagi hasil Rp 424,33 miliar. Namun, perolehan dana bagi
hasil itu masih lebih rendah dibanding Bontang yang mencapai Rp 476,83 miliar.
3. Jakarta Pusat, DKI Jakarta
PDB per kapita tertinggi ketiga
adalah Jakarta Pusat yang mencapai Rp 224,41 juta. Sebagai daerah pusat ibukota
pemerintahan, Jakarta Pusat diuntungkan dengan berkembangnya transaksi bisnis
dan jasa. Upah atau gaji rata-rata yang diterima pegawai, pekerja atau buruh di
Jakarta, tergolong tinggi, yakni Rp 1,92 juta per bulan.
4. Kota Kediri, Jawa Timur
Sementara itu, Kota Kediri di Jawa
Timur mencatatkan PDB per kapita Rp 202,33 juta, atau menempati urutan keempat
terbesar. Di kota kretek itu beroperasi pabrik rokok besar, PT Gudang Garam Tbk
yang tahun lalu mencatatkan pendapatan Rp 32,97 triliun.
5. Kabupaten Siak, Riau
Di urutan berikutnya, Kabupaten Siak
di Riau membukukan PDB per kapita Rp 156,35 juta. Tidak ada perusahaan yang
menonjol di daerah tersebut, meski potensi unggulan daerah ini adalah sektor
pertambangan minyak bumi. Kabupaten Siak juga memiliki potensi strategis
mengingat daerahnya berada di wilayah segi tiga pertumbuhan ekonomi
"Sijori" Singapura-Johor-Riau dan IMG-GT (Indonesia Malaysia Thailand
Growth Triangle).
Dengan jarak hanya 150 kilometer
dari Singapura, Siak diuntungkan sebagai persinggahan alternatif bagi kapal
pedagang di Selat Malaka dan bahkan berpotensi besar menjadi relokasi industri
dan layanan perdagangan internasional.
Namun, untuk dana bagi hasil, Siak
menempati peringkat keempat terbesar atau mencapai Rp 993,2 miliar. Penerimaan
dana bagi hasil Kabupaten Siak ini hanya kalah dari Kutai Kartanegara,
Kalimantan Timur sebesar Rp 2,56 triliun, Bengkalis (Riau) Rp 1,51 triliun, dan
Kutai Timur (Kaltim) Rp 1,05 triliun.
6. Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa
Tenggara Barat
Kabupaten lainnya yang mampu
membukukan PDB di atas Rp 100 juta adalah Kabupaten Sumbawa Barat di Nusa
Tenggara Barat (NTB). PDB per kapita kabupaten yang di daerahnya beroperasi perusahaan
tambang besar, PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) itu mencapai Rp 128,26 juta.(*)
- Distribusi Pendapatan Nasional yang Diterima
Provinsi Termiskin
10 Propinsi Paling Miskin di
Indonesia
Yang dimaksud dengan penduduk miskin
adalah mereka yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah
garis kemiskinan. Angka garis kemiskinan pada Maret 2010 adalah Rp211.726,- per
kapita per bulan.
Jika membandingkan antar daerah, BPS
mencatat sejumlah wilayah masih menghadapi persoalan kemiskinan yang tinggi.
Bahkan, angka kemiskinan yang tertinggi itu justru terjadi di wilayah dengan
kekayaan sumber alam melimpah, seperti Papua dan Papua Barat. Prosentase angka
kemiskinannya mencapai 34-36 persen, jauh lebih besar dibandingkan rata-rata
nasional sebesar 13,33 persen.
Selain Papua, propinsi lain yang
memiliki prosentase penduduk miskin tinggi adalah Maluku, Nusa Tenggara, Aceh,
Bangka Belitung dan lainnya. Jumlah penduduk di propinsi-propinsi tersebut yang
memang tidak sebanyak di Jawa, tetapi secara prosentase dibandingkan total
penduduk di wilayah tersebut, kelompok orang miskinnya sangat tinggi.
10 Propinsi dengan Angka
Kemiskinan Tertinggi (%)
|
||
No
|
Propinsi
|
Angka Kemiskinan
|
1
|
Papua Barat
|
36,80
|
2
|
Papua
|
34,88
|
3
|
Maluku
|
27,74
|
4
|
Sulawesi Barat
|
23,19
|
5
|
Nusa Tenggara Timur
|
23,03
|
6
|
Nusa Tenggara Barat
|
21,55
|
7
|
Aceh
|
20,98
|
8
|
Bangka Belitung
|
18,94
|
9
|
Gorontalo
|
18,70
|
10
|
Sumatera Selatan
|
18,30
|
Tabel 3.3. Sumber: Sensus Nasional
BPS 2010
Menurut pendekatan ini, penduduk
miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan
di bawah garis kemiskinan (GK).
Secara teknis GK dibangun dari dua
komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan
(GKNM). GKM merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2.100 kilo kalori per kapita per hari; sedangkan GKNM
merupakan kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan.
Pengurangan kemiskinan sepanjang periode Maret 2009-Maret 2010 menjadi salah satu acuan bagaimana strategi yang bisa diterapkan. Pada periode itu angka kemiskinan berkurang 1,51 juta orang, menurut catatan BPS, terjadi karena sejumlah hal.
Pertama, inflasi
umum relatif rendah, yaitu sebesar 3,43 persen.
Kedua, rata-rata
upah harian buruh tani dan buruh bangunan masing-masing naik sebesar 3,27
persen dan 3,86 persen selama periode Maret 2009-Maret 2010.
Ketiga, produksi
padi tahun 2010 (hasil Angka Ramalan II) mencapai 65,15 juta ton gabah kering
giling (GKG), naik sekitar 1,17 persen dari produksi padi tahun 2009 yang
sebesar 64,40 juta ton GKG.
Keempat, sebagian
besar penduduk miskin (64,65 persen pada 2009) bekerja di sektor pertanian.
Nilai Tukar Petani naik 2,45 persen dari 98,78 pada Maret 2009 menjadi 101,20
pada Maret 2010.
Kelima,
perekonomian Indonesia pada triwulan I 2010 tumbuh sebesar 5,7 persen terhadap
Triwulan I 2009, sedangkan pengeluaran konsumsi rumah tangga meningkat sebesar
3,9 persen pada periode yang sama.
C. Penyebab Perbedaan Distribusi
Pendapatan Nasional
Timbul perbedaan tingkat pendapatan
di tiap provinsi timbul, antara lain karena adanya perbedaan dalam kepemilikan
sumber daya dan faktor produksi. Pihak yang memiliki faktor produksi yang lebih
banyak akan memperoleh pendapatan yang lebih banyak pula. Kemudian secara
politis, karena adanya perbedaan pengambilan keputusan dan kebijakan pemerintah
mengenai perekonomiannya. Dan secara sosiologis, dapat disebabkan perbedaan
kultur dalam pembagian kerja dan etos kerja, serta perbedaan struktur
masyarakat.
D. Koefisien Gini dan Kurva Lorentz
Gini Ratio (Koefisien
Gini) biasanya ditunjukkan dengan Kurva Lorentz yang menunjukkan
hubungan kuantitatif antara persentase penerimaan pendapatan penduduk dengan
persentase pendapatan yang benar-benar diperoleh selama satu tahun. Kurva ini
digunakan sebagai alat ukur distribusi pendapatan.
Tabel 3.4 Kurva
Lorentz
Menurut Bank Dunia
- Ketimpangan tinggi : > 0.5
- Tinggi : 40% kelompok termiskin dengan pengeluaran < 12% dari total Y.
- Ketimpangan tinggi : > 0.5
- Tinggi : 40% kelompok termiskin dengan pengeluaran < 12% dari total Y.
- Sedang : 40% kelompok termiskin
pengeluaran 12-17% dari total Y.
- Rendah : 40% kelompok termiskin
dengan pengeluaran > 17% dari total Y.
E. Cara Meningkatkan Pendapatan Per
Kapita
-
Memperbesar Gross
National Product.
-
Menekan laju
pertumbuhan jumlah penduduk.
5. TUJUAN & MANFAAT MEMPELAJARI
PENDAPATAN NASIONAL
A. Tujuan
-
Mengetahui
kemampuan dan pemerataan ekonomi masyarakat dan negara.
-
Memperoleh
taksiran akurat tentang nilai barang/ jasa dalam satu tahun.
-
Membantu
pemerintah dalam perencanaa dan pelaksanaan pembangunan.
-
Mengkaji dan
mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi perekonomian negara.
B. Manfaat
-
Mengetahui
struktur perekonomian negara (agraris, industri, atau jasa).
-
Mengetahui
pertumbuhan perekonomian negara, dengan cara mebandingkan pendapatan nasional
dari waktu ke waktu.
-
Dapat
membandingkan perekonomian antar-daerah.
-
Dapat
dijadikan dasar perbandingan dengan perekonomian negara lain.
-
Dapat
membantu kebijakan pemerintah di bidang ekonomi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan dari pembahasan mengenai
pendapatan nasional di atas adalah, terdapat berbagai teori dan metode yang
dapat digunakan untuk menentukan tingkatan-tingkatan unsur perekonomian negara.
Selain itu, pembahasan di atas juga menyatakan bahwa Indonesia masih berada
pada kondisi ekonomi negara miskin, dilihat dari GDP dan pendapatan per
kapitanya.
Saran kepada pembaca adalah dengan
modal pemahaman di atas, dapat turut serta memperlancar pembangunan negara. Dan
selanjutnya mungkin dapat diperdalam materi pembahasan di atas pada kesempatan
yang lain agar timbul pengembangan pemahaman yang lebih aplikatif untuk
menyelesaikan masalah sosial-ekonomi yang ada.
Kami menyampaikan terima kasih
kepada pihak-pihak terkait dalam penyelesaian makalah ini. Semoga bermanfaat.
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments